Dalam manajemen dikenal pepatah “Perencanaan yang baik adalah setengah kesuksesan, Jika kita gagal merencanakan maka kita merencanakan sebuah kegagalan”. Perencanaan menjadi awal dan pijakan dalam menentukan banyak langkah dan merupakan kunci sukses mencapai tujuan termasuk dalam berkeluarga.

Ironisnya, banyak keluarga yang tidak menerapkan perencanaan, bahkan tidak menganggapnya penting. Keluarga yang dijalankan tanpa perencanaan yang baik akan mengalami kekacauan, kebingungan dan kegalauan. Terkait hal ini ada artikel menarik dari Patrick Lencioni dalam Harvard Business Review, saat ini artikel itu sudah dikembangkan jadi buku dengan judul The 3 Big Questions for a Frantic Family. Menurut Lencioni, ada tiga pertanyaan besar yang perlu dibahas oleh sebuah keluarga agar tidak mengalami frantic atau kekacauan. Berikut ini rangkumannya :


1. Menentukan Ciri Khas Keluarga 

Menurut Lencioni sebuah keluarga harus memiliki keunikan yang bisa membedakannya dari keluarga lain. Keunikan dan kekhasan itu bisa dikembangkan dari Nilai dan Strategi Keluarga.

Hal pertama yang perlu dijawab adalah apa nilai-nilai yang ingin ditanamkan dan strategi untuk mencapainya. Nilai dasar atau prinsip itu penting untuk ditetapkan agar ada arah yang jelas. Lencioni menyarankan untuk mengembangkan nilai yang dimiliki masing-masing individu pasangan bukan yang masih menjadi angan-angan. Dalam arti lain, nilai tersebut memang secara instrinsik sudah ditemukan dan dijalankan dalam kapasitas sebagai personal. Nilai ini bisa ditelusuri dari sikap-sikap yang disukai pasangan ketika keduanya memutuskan untuk menikah. Apakah pasangan itu menikah karena suka dengan kesederhanaannya, ketegasannya atau hal-hal lain yang menjadi daya tarik masing-masing.

Hal kedua adalah bagaimana strategi untuk mencapai tujuan keluarga terutama menyangkut hal-hal besar yang strategis semisal tempat tinggal, pilihan karir, pendidikan anak, dan hal besar lainnya. Strategi ini perlu dibahas dan disepakati agar ketika menghadapi hal-hal besar seperti itu bisa mengambil keputusan dengan lebih cepat dan tepat.

2. Menentukan Prioritas 

Apapun yang kita hadapi pada dasarnya bisa dibagi berdasarkan sifat kepentingan (importance) dan kemendesakan (urgency). Kepentingan terkait sesuatu yang strategis dan menentukan keberhasilan. Sedangkan kemendesakan terkait dengan waktu, yaitu apakah sesuatu itu perlu segera diselesaikan atau bisa ditunda?

Dengan dua kategori ini saja kita bisa mengklasifikasikan masalah ke dalam empat kategori: Penting dan Mendesak, Penting Tapi Tidak Mendesak, Tidak Penting Tapi Mendesak, dan Tidak Penting Tapi Juga Tidak Mendesak. Ini adalah pengetahuan dasar dalam manajemen, namun pada prakteknya banyak dari kita yang mengalami kebingungan menentukan mana yang perlu diutamakan.

Penentuan prioritas perlu disepakati bersama. Misalnya ketika punya uang apa yang perlu didahulukan? Pulsa, belanja, atau bayar utang? Hal-hal seperti ini bisa membuat bingung jika kita tidak punya prioritas. Apalagi bagi hal-hal yang besar seperti pilihan karir, memiliki anak, rumah, kendaraan dan banyak hal lainnya.

So, penting sekali menentukan prioritas, paling tidak untuk jangka waktu pendek dan menengah misalnya 6 bulan hingga 1 tahun. Dengan melakukan perencanaan dan menentukan prioritas kita akan lebih mudah menerima dan mempersiapkan segala sesuatunya.

3. Menentukan mekanisme Monitoring 

Perlu mekanisme monitoring untuk mengevaluasi apa yang sudah dilakukan, sesuaikah dengan rencana? Monitoring penting untuk melihat perbedaan antara praktek dengan prinsip, nilai dan strategi? Rencana tanpa monitoring hanya akan menjadi daftar keinginan dan barisan mimpi.

Saya mencoba membiasakan untuk ngobrol setiap bulan khusus membahas rencana yang sudah ditentukan. Tentunya pendekatannya tidak mesti kaku dan formal. Mungkin sambil ngopi di dapur atau minum teh hangat di ruang tengah.

Memang pada akhirnya yang akan membawa kesuksesan adalah eksekusinya, karena rencana barulah sebuah konsep. Namun sejelek apapun, memiliki rencana akan lebih baik dibanding tidak ada sama sekali.

*Tulisan ini saya ambil dari refleksi 5 tahun pernikahan saya dan istri. Secara lengkap kami tulis di buku Warna-Warni Pelangi.

Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung