If your plan is for one year, plant rice! 
If your plan is for ten years, plant trees!
If your plan is for one hundred years, educate children!
Confucius 

Kami sangat beruntung, tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan anak pertama. Hanya satu bulan setelah kami menikah, istri saya sudah positif hamil. Sungguh aneh rasanya waktu itu, karena sebagai pasangan saya dan istri masih tinggal di kost yang berbeda. Setiap libur atau akhir pekan, saya ajak istri untuk tinggal di kamar kost saya.

Anak adalah anugerah dan ujian bagi setiap pasangan. Mereka yang dikaruniai anak, mendapat ujian kesabaran dalam menjaga dan mengurus amanat itu dengan baik. Karena peran orang tua adalah memberikan pendidikan kepada anak dan membantunya untuk tumbuh dan berkembang menjadi peribadi yang sholeh dan bermanfaat bagi orang banyak. Baik atau buruknya perkembangan seorang anak adalah tanggung jawab orang tua.

Bagi mereka yang belum dikaruniai anak, maka itu adalah ujian kesabaran. Tidak sedikit pasangan yang terganggu keharmonisan keluarganya karena lama tidak memiliki keturunan. Beragam cara menyikapinya, ada yang mengadopsi anak dari saudara, membiayai anak angkat, juga melakukan berbagai usaha medis. Bahkan pada titik ekstrim tidak sedikit pasangan yang memilih untuk berpisah untuk mendapatkan keturunan.

Bagi pasangan yang baru pertama kali punya anak seperti kami dahulu, banyak sekali pertanyaan dan ketidaktahuan yang membuat galau. Kehadiran support group terutama dari orang dekat menjadi sangat penting. Mereka bisa jadi orang tua, mertua, tetangga atau sahabat dekat. Bagi ibu muda, suami juga penting untuk bersikap supportif semaksimal mungkin.

Support group ini yang akan memberikan informasi, mendukung supaya tenang dan membantu berbagai macam hal. Apalagi untuk seorang istri, memiliki anak adalah suatu fase kehidupan yang maha berat. Betapa tidak, selama hamil 9 bulan atau hampir 270 hari ia harus membawa janin kemana-mana di dalam tubuhnya, sebuah masa yang sulit. Ia harus menjaga makan dan minum dan tetap harus menjalankan aktifitas seperti biasa. Setelah itu, ia harus menghadapi proses persalinan yang bahkan nyawa menjadi taruhan.

Dengan beban yang tinggi seperti itu, tidak heran ada sebagian ibu yang mengalami Baby Blues sesudah melahirkan. Gejalanya bermacam-macam, ada ibu yang trauma sampai tidak berani atau tidak mau menyentuh bayinya. Butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Maka kehadiran supporting grup sangat penting.

Karenanya dalam memiliki anak memerlukan persiapan yang ekstra baik itu persiapan pengetahuan, fisik dan psikologis. Perencanaan mendidik dan menumbuhkan anak harus dimulai sejak jauh-jauh hari bahkan semenjak proses pembuahan, masa kehamilan dan pasca kelahiran anak.

Pola asuh dan menjadi orang tua 

Selanjutnya setelah anak lahir maka tugas yang menunggu adalah bagaimana kita mau mengembangkan pola asuh dan pendidikan anak. Karena orang tua adalah sekolah pertama anak. Apa yang ia lihat dan rekam dalam kehidupannya yang pertama adalah apa yang dilakukan oleh orang tua.

Salah satu cara untuk membangun pola asuh ini adalah dengan mengevaluasi pendekatan pola asuh orang tua kita. Agar kita bisa mengetahui kelebihan pola asuh orang tua kita tapi juga memperbaiki dan melengkapinya. Zaman terus berubah, tentu ada beberapa bagian dari pola asuh orang tua kita yang sudah tidak pas lagi.

Termasuk ke dalam pola asuh juga adalah soal bagaimana cara menanamkan kedisiplinan. Ada istilah Stick and Carrot, bahwa pendidikan harus seimbang antara memberikan apresiasi dan hukuman. Karena jika salah satunya diterapkan secara berlebihan maka akan menimbulkan kerugian bagi perkembangan kepribadian anak di masa yang akan datang.

Orang tua yang terlalu banyak menghukum anak, akan membuat anaknya menjadi tidak percaya diri, peragu, tidak berani berinisiatif dan membuat ia tidak bahagia. Sebaliknya orang tua yang terlalu banyak memberi apresiasi akan membuat anak terlalu cepat puas dan tidak terdorong untuk mengeluarkan potensi sesungguhnya. Dia akan mudah sekali kehilangan tantangan untuk mengembangkan diri. Keduanya pendekatan ekstrim ini bisa berbahaya bagi perkembangan dirinya dalam jangka panjang.

Saya dan istri mencoba menerapkan prinsip keseimbangan ini secara konsisten. Anak diberikan apresiasi jika ada hal positif atau ada tugas yang dikerjakan dengan baik. Kami akan berikan ia ciuman, pelukan, makanan atau hal lain yang memungkinkan. Soal mengajarkan disipilin, ini yang seringkali menjadi tantangan bagi setiap orang tua.

Dulu saya beranggapan bahwa disiplin itu terkait dengan sikap tegas dan keras (baca: galak). Ada persepsi bahwa orang tua yang disiplin tidak ragu untuk memarahi anaknya. Namun sekarang saya berpikir pendapat itu tidak sepenuhnya benar. Betul bahwa salah satu poin dalam disiplin adalah ketegasan, namun poin lain yang tidak kalah penting adalah soal konsistensi dan komunikasi.

Sebagai orang tua kita tidak bisa menuntut anak melakukan banyak hal dengan sendirinya. Karena yang pertama dia perlukan adalah contoh dan pengalaman. Kita tidak bisa menghukum atau memberi sanksi kepada anak atas apa yang tidak ia mengerti. Maka dalam menerapkan disiplin yang perlu dilakukan adalah membuat kesepakatan dan aturan main yang diketahui bersama. Anak dan orang tua harus melakukan komunikasi dulu apa yang boleh dan apa yang tidak. Setelah proses ini terjadi, barulah kita bisa menegakkan aturan dengan tegas dan konsisten.

Daddy and Me = Me Time for Wife 

Hal lain yang dikembangkan adalah perlu Daddy and Me time, yaitu waktu dimana anak bisa menghabiskan waktunya bersama dengan ayahnya secara khusus bahkan tanpa kehadiran seorang ibu Sehingga hubungan Ayah-Anak bisa lebih cair dan efektif. Waktu seperti ini akan memperkuat ikatan emosional antara Bapak dan Anaknya, yang dalam berbagai kasus sangat renggang dewasa ini. Banyak sekali anak yang ‘tidak suka’ pada ayahnya karena ia tidak bisa ‘hadir’ dalam kehidupannya.

Disisi lain Daddy and Me time akan memberikan istri Me Time untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan keinginannya. Seorang ibu sangat terikat kepada anak pada masa awal perkembangannya, ia memiliki ketergantungan yang sangat tinggi kepada ibu. Dan dalam menjalankan perannya ini seorang Ibu harus mengeluarkan energinya yang sangat banyak baik secara fisik apalagi psikis.

Dengan memiliki Me Time untuk dirinya sendiri maka istri bisa ‘berhenti’ sementara dari perannya sebagai ibu dan mendapatkan recharge energi untuk kembali segar secara fisik dan psikologis. Sehingga ia dapat menjalankan kesehariannya dengan penuh kebahagiaan dan keceriaan. Jika waktunya tepat dan biasanya di akhir pekan saya selalu berupaya membuat momentum Daddy and Me Time dengan anak dan memberikan Me Time ke istri saya.


*Tulisan ini saya ambil dari refleksi 5 tahun pernikahan saya dan istri. Secara lengkap kami tulis di buku Warna-Warni Pelangi.

Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung