Rasulullah SAW Bersabda: “Ingatlah, aku berpesan agar kalian berbuat baik terhadap perempuan. Karena mereka sering menjadi sasaran pelecehan di antara kalian. Padahal sedikit pun kalian tidak berhak memperlakukan mereka, kecuali untuk kebaikan.” 
HR At Tirmidzi 

Perempuan memiliki tempat yang sangat mulia, ia adalah tiang negara dan soko guru keluarga. Ibu satu peran yang hanya bisa dijalankan dalam bahasa arab berasal dari kata yang terdiri dari huruf allif, mim dan mim dan memiliki akar kata yang sama dengan ummat dan imam, yang berarti orang banyak dan pemimpin. Itu bukan kebetulan, tapi menunjukkan pentingnya peran perempuan dalam kehidupan.

Menjadi ibu adalah tugas yang teramat mulia, bahkan surga ada di telapak kaki ibu. Petuah ibu membawa keberkahan bagi anak. Ibu adalah tulang punggung bangsa, jika ia mampu menunaikan tugas dengan baik maka masa depan bangsa tersebut cerahlah. Sebaliknya jika fungsi ibu tidak berjalan dengan baik maka masa depan bangsa itu sangat kelam.

Ada perdebatan yang tidak sederhana antara pilihan perempuan menjadi ibu rumah tangga di rumah, atau menjadi wanita karier. Apapun pilihannya, menjalankan peran ibu dengan optimal adalah sebuah prioritas karena perannya tidak bisa digantikan oleh lelaki atau wanita lain. Begitupun sebaliknya, peran ayah hanya bisa diperankan dengan baik oleh seorang laki-laki.

Pembahasan ini sering dikaitkan dengan masalah gender yaitu konstruk sosial soal peran antara laki-laki dan perempuan. Orang yang tidak mendukung wanita berkarir bisa dianggap sebagai seorang yang bias gender. Namun memandang sebelah mata peran seorang ibu rumah tangga dibanding posisi lain adalah bias gender dalam bentuk lain. Karena ibu rumah tangga adalah kompilasi dari berbagai tugas yang maha berat. Ia adalah manajer tingkat tinggi dengan tugas dan peran yang sangat penting.

Berapa Gaji seorang ibu? 

Di sosial media banyak sekali beredar meme yang menggambarkan keutamaan peran ibu. Satu yang paling terkenal adalah poster yang mengkalkulasi berapa gaji yang layak didapatkan seorang ibu dalam menjalankan tugasnya. Tentu jawaban yang paling tepat adalah tidak ternilai dengan materi atau jumlah uang tertentu.

Coba bayangkan seorang Ibu harus mengelola rumah tangga dari hal yang sangat kecil dan teknis hingga mengajarkan dan mendidik anak. Mengelola tidak berarti ia mengerjakan semuanya sendirian, bisa saja ia dibantu dengan asisten rumah tangga, suami dan anak-anak. Namun dalam urusan rumah istri adalah grand manajer, yang mengelola kondisi rumah tangga.

Selain manajer rumah tangga, ibu adalah sekolah pertama anak-anak. Ibu satu-satunya orang yang akan terikat dengan sang buah sejak masa kandungan hingga tahun-tahun pertama seorang manusia tumbuh. Ia yang akan menjadi role model paling utama dari setiap anak manusia sehingga setiap perkataan, tindakan dan gerak-gerak ibu adalah pelajaran pertama dan utama yang didapatkan seorang manusia.

Ibu juga partner hidup dari suami. Sebuah pepatah yang sangat populer mengatakan bahwa di belakang kesuksesan seorang pria pasti ada sesosok perempuan yang luar biasa. Pengaruh istri sangat kuat dalam mempengaruhi kehidupan suami dalam banyak hal. Keterpurukan dan kesuksesan seorang laki-laki akan mendapat dukungan atau tantangan dari wanita yang ada di sekitarnya. Rumus ini juga sebetulnya berlaku juga sebaliknya. Laki-laki juga akan mempengaruhi kesuksesan perempuan. Istri dan ibu, atau secara umum perempuan adalah salah satu kunci yang bisa mendorong seorang laki-laki atau anak menjadi sukses atau gagal dalam kehidupannya.

Maka oleh karena itu, siapapun wajib memperlakukan kaum perempuan dengan sebaik-baiknya. Lelaki wajib memuliakan seorang perempuan siapapun ia baginya, terlebih jika ia adalah Ibu atau istrinya. Namun banyak sekali laki-laki yang malah berbuat kasar dan tidak mencoba membahagiakan perempuan. Ini mengingatkan saya pada salah satu stiker yang sangat terkenal dari RAHIMA tentang perempuan yang kira-kira bunyinya adalah sebagai berikut:

“Dan aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baiklah kepada kaum perempuan, Karena kalian tidak berhak melakukan apapun kepada perempuan kecuali memuliakan dan berbuat kebaikan kepada mereka”.


*Tulisan ini saya ambil dari refleksi 5 tahun pernikahan saya dan istri. Secara lengkap kami tulis di buku Warna-Warni Pelangi.

Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung