Perlukah kuliah? Apa pentingnya bagi sebuah negara? Apa perlu masyarakat mendapatkan pendidikan tinggi?

Ini sekelumit pertanyaan yang mesti muncul saat seseorang ingin melanjutkan pendidikan ke pendidikan tinggi ( D1-D3 atau S1-S3). Karena bagi sebagian ada anggapan sekolah nggak perlu terlalu tinggi karena yang penting bisa hidup layak dan hidup bahagia. Apalagi kalo ujung-ujungnya ke dapur. Pandangan-pandangan seperti ini sering muncul dalam perbincangan di sekitar kita. Setidaknya di sekitar saya.

Sebagian orang tidak melihat fase pendidikan tinggi sebagai suatu hal yang penting. Karena itu tinggi, tertier dan kurang mendasar. Ini juga mungkin yang membuat lontaran presiden Joko Widodo soal ide untuk mendorong Student Loan untuk mendorong cakupan pendidikan tinggi tidak banyak direspon oleh khalayak.

Pendidikan tinggi itu penting karena ia mendorong dan membentuk mindset yang lebih hadap masalah, fokus pada riset dan pengembangan. Ia juga mengkulminasi pola pikir kritis yang sudah dikembangkan di fase pendidikan sebelumnya. Nanti saya susulkan data soal ini.

Namun sebetulnya pendidikan tinggi juga berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat dan pelaku pendidikannya baik itu dari segi ekonomi, akademik dan investasi. Beberapa minggu yang lalu, saya dapat email dari kampus soal assessment yang dilakukan oleh satu lembaga khusus soal pengaruh kampus Ohio University terhadap pembangunan dan ekonomi di negara bagian Ohio, Amerika Serikat.

Dengan menggunakan pendekatan Economic Impact Analysis dan Investment Analysis, lembaga EMSI menemukan bahwa dalam tahun keuangan 2016-2017, Ohio University berkontribusi sebesar $2,9 milliar bagi pertumbuhan di Ohio. Assessment tersebut juga menunjukkan bahwa return of investment dari pendidikan tinggi bisa 4 hingga 7 kali lipat. Lebih lengkap laporan soal ini bisa dicek di Economic Impact Study Ohio University

Namun jikapun dipandang dari sudut pandang agama, maka mendapatkan pendidikan akan berujung pada kemuliaan. Karena sekolah atau pendididikan adalah metode sistematis yang ditemukan manusia untuk mendapatkan ilmu. 

Saya teringat satu pepatah arab yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan dan mungkin juga skill tidak bisa diraih kecuali dengan 6 syarat. Diantaranya adalah kecerdasan, semangat yang menggebu, kesungguhan dalam berusaha (kerja keras), bimbingan guru atau mentor, biaya, dan waktu. Keenam faktor ini bisa dirangkum dalam bentuk institusi pendidikan baik itu padepokan, perguruan, sekolah, perguruan tinggi, universitas atau kursus.

So, masih ragu untuk berinvestasi buat sekolah? Atau sekolah anak? Jangan sampe buat yang lain berani utang, tapi buat pendidikan tidak.

Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung