Teman saya seorang perokok berat, sehari beliau bisa mengkonsumsi 1-2 bungkus rokok. Suatu kali saya ngobrol dengannya mengenai kebiasaannya merokok. Dia bilang bahwa sebetulnya ia sudah tahu merokok itu berbahaya untuk kesehatan, dan ia ingin berhenti merokok namun sulit melakukannya. 

Pernyataan seperti itu memang sering kita dengar. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa perokok dan masyarakat umum sudah tahu bahwa rokok itu berbahaya. Namun apa yang membuat mereka tetap mengkonsumsinya? Ya, jawabannya adalah karena sudah kecanduan.

Salah satu tanda dari kecanduan adalah dorongan menggunakan zat tertentu secara berulang meski sudah diketahui bahayanya. Zat yang membuat orang ketagihan merokok adalah nikotin yang secara alami ditemukan dalam tanaman tembakau. 

Setiap batang rokok biasanya mengandung 10 mg nikotin. Karena tidak semua asap dihirup saat merokok, rata-rata perokok menghisap 1-2 mg nikotin dari setiap batang. Jumlahnya tidak terlalu besar namun cukup untuk membuat ketagihan. 

Nah jika kita ingin terbebas dari kecanduan rokok maka sebaiknya kita ketahui apa dan bagaimana Nikotin cara kerja nikotin. Artikel berikut saya rangkum dari berbagai sumber. 



Bagaimana Nikotin Mempengaruhi Tubuh


Nikotin adalah racun, maka jika perokok pemula terlalu banyak mengkonsumsi nikotin dia akan merasakan pusing atau sakit perut. Namun konsumsi terus menerus akan membuat tubuh menyesuaikan asupan nikotin yang dikonsumsi dan bisa merasakan sensasi ‘nikmat’ dari merokok. Maka tidak heran meski pada awalnya semua perokok merasakan tidak enak pada saat pertama, namun banyak yang akhirnya menjadi ketagihan. 


Nikotin bisa diserap oleh tubuh dengan melalui kulit atau melalui pori-pori dalam tubuh. Cara yang paling umum dan paling cepat dalam menyerap nikotin tentunya dengan dihisap (merokok). 


Setelah dihisap dan masuk ke dalam peredaran darah, nikotin hanya membutuhkan waktu 5 – 15 detik untuk sampai ke otak. Selanjutnya nikotin akan merangsang produksi enzim dopamine yang memberikan sensasi rasa puas, nyaman dan rasa senang di dalam tubuh. 


Pada kondisi normal, dopamine diproduksi saat tubuh merasa kenyang (cukup makanan) atau berada dalam suasana nyaman (misalnya bertemu dengan orang dicintai, mendapat penghargaan atau hadiah). Proses nikotin membanjiri otak dengan dopamine mirip dengan yang terjadi saat sesoerang mengkonsumsi zat adiktif lainnya. Nikotin juga merangsang produksi adrenaline, namun dalam jumlah yang kecil sehingga sulit dideteksi. 


Asupan nikotin secara terus-menerus membuat produksi dopamine berlebih di otak. Namun produksi dopamine dari konsumsi nikotin ini tidak bertahan lama, hanya beberapa menit dan kemudian efeknya menghilang. Kondisi inilah yang menyebabkan perokok ketergantungan nikotin sehingga harus memenuhinya dengan terus menerus merokok. Jika asupan nikotin berhenti, ia akan merasakan gejala putus nikotin (nicotine withdrawal symptoms) yang semakin memburuk dari waktu ke waktu. 

 


Gejala Kecanduan Nikotin 


Meskipun konsumsi nikotin menyebabkan rasa senang karena produksi dopamine, namun ini menyebabkan ketergantungan terhadap asupan nikotin. Beberapa gejala yang dapat dialami bagi mereka yang mengalami kecanduan adalah sebagai berikut:

  • Tidak Bisa Menghentikan Kebiasaan Merokok. Bagi pribadi yang sudah ketagihan nikotin akan sulit menghentikan kebiasaan merokok. Bahkan konsumsinya cenderung akan meningkat dari waktu ke waktu. Jika mencoba biasanya ia gagal untuk berhenti merokok. Sering ada ungkapan lebih baik tidak merokok daripada tidak makan. 
  • Mengalami gejala Putus Nikotin. Upaya untuk berhenti merokok gagal karena perokok mengalami gejala-gejala fisik maupun psikis yang tidak mengenakkan seperti sakau (craving), gelisah, iritasi, gatal-gatal, bosan, sulit konsentrasi, depresi, frustasi, marah, emosi yang meningkat, gangguan tidur bahkan diare.
  • Terus Merokok Meski Sedang Sakit. Meski mengalami gangguan kesehatan seperti dada sakit atau batuk tapi ia masih tetap sulit berhenti merokok. 
  • Menghindari kegiatan Lain Agar Bisa Merokok. Misalnya jika anda lebih memilih tidak makan di restoran yang enak karena disana tidak boleh merokok atau tidak bergaul dengan teman atau saudara yang di tempatnya anda tidak diperobolehkan untuk merokok maka itu tanda sudah kecanduan. 
  • Merasa perlu Merokok. Orang yang kecanduan merasa hidupnya tidak lengkap jika tidak merokok. Misalnya setelah makan, nonton atau ngobrol maka merasa harus merokok. Jika tidak merokok, merasa ada yang kurang bahkan bisa stress. 
  • Mengalami Gejala Secara Fisik. Selain gejala diatas ciri lain anda sudah mencandu nikotin adalah produksi ludah dan dahak yang lebih banyak dari biasanya, detak jantung yang meningkat 10-20 detak per menit serta peningkatan tekanan darah 5 hingga 10 mmHg. 



Faktor Yang Mendorong Ketergantungan Nikotin


Kecanduan nikotin tidak pernah disembunyikan sebagaimana kecanduan zat lainnya. Orang yang kecanduan zat adiktif lain yang illegal akan mencoba menekannya di tempat umum dan memenuhinya dengan cara sembunyi-sembunyi. Sementara pecandu nikotin –karena masih dianggap legal- mereka dapat memenuhi kebutuhannya dengan gampang dan secara terbuka. Perokok bahkan bisa mengkonsumsi nikotin di tempat-tempat umum. 

Karenanya bagi yang sudah kecanduan nikotin sangat sulit untuk menghentikan kebiasaannya karena masih dianggap umum. Apalagi bau rokok atau asap rokok dapat dengan mudah ditemukan di mana-mana dari rambut atau pakaian perokok lain di sekitarnya. Sehingga sangat mudah bagi seseorang untuk kembali merokok. Smeentara itu isa sulit untuk meninggalkannya karena tidak ada tekanan dari publik.

Siapapun yang merokok atau menggunakan produk tembakau lain berisiko menjadi ketagihan. Beberapa faktor yang mendorong kecanduan diantaranya adalah:

Genetik. Gen yang diturunkan dari orang tua berpngaruh terhadap kecanduan nikotin. Artinya bagi sebagian orang menjadi pecandu hanya perlu beberapa batang rokok. Faktor genetika bisa mempengaruhi cara reseptor di otak dalam merespon nikotin yang diterima. 

Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan seperti lingkungan rumah dan teman sebaya bisa mempengaruhi kebiasaan merokok. Anak yang tumbuh diantara orang tua yang merokok cenderung menjadi perokok ketika sudah besar. Begitupula anak yang memiliki teman perokok cenderung mencoba merokok. Beberapa penelitian membuktikan bahwa perilaku merokok yang ditunjukkan di film, iklan atau internet bisa mendorong anak mulai merokok. Lingkungan yang ramah terhadap perilaku merokok cenderung mendorong seseorang untuk merokok. 

Usia. Sebagian besar perokok mulai merokok di usia anak-anak atau remaja. Semakin muda memulai, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi perokok berat ketika dewasa. Semakin lama dan semakin banyak merokok, semakin berat juga upaya yang dibutuhkan untuk bisa menghentikannya. 

Depresi dan Gangguan Mental Lainnya. Orang yang mengalami ganggung mental seperti depresi, schizophrenia, atau gangguan stress paska trauma (post-traumatic stress disorder / PTSD) dan gangguan lainnya lebih mudah menjadi perokok. Alasannya rokok bisa membantu menghilangkan stress, meskipun anggapan ini keliru 100% karena merokok sejatinya adalah penyebab stress (stressor). 

Narkotika dan Zat Adiktif. Pecandu narkotika atau zat adiktif seperti alkohol cenderung menjadi perokok. Dalam beberapa literature bahkan dikatakan rokok adalah pintu gerbang menuju narkoba (gateway drugs).


Gejala Putus Nikotin


Jika asupan nikotin tidak terpenuhi maka akan menimbulkan gejala putus nikotin. Gejala ini biasanya dialami mereka yang sedang berusaha untuk berhenti merokok atau mengurangi konsumsi rokok secara perlahan. 


Gejala nicotine withdrawal muncul 2 sampe 3 jam setelah konsumsi tembakau terakhir. Semakin lama dan semakin banyak seseorang merokok maka semakin besar kemungkinan ia akan mengalami gejala-gejala ini. Gejala gejala ini bisa berbentuk gangguan seperti berikut:

  • Sakau nikotin. Ini adalah gejala paling berat yang bisa dialami  perokok dan berlangsung selama 6 bulan bahkan bisa lebih lama lagi. Ini juga yang biasanya membuat orang gagal berhenti merokok. 
  • Gelisah
  • Depresi
  • Sulit tidur 
  • Lemas dan ngantuk
  • Mimpi buruk
  • Capek, nervous dan frustasi
  • Sakit kepala
  • Banyak makan dan Berat badan bertambah
  • Sulit berkonsentrasi 


Gejala-gejala ini bisa mulai beberapa jam setelah rokok terakhir dihisap yang mendorong orang untuk merokok kembali. Sebagai contoh ketika bulan Ramadhan saat berbuka perokok biasanya langsung menggamit sebatang rokok di kala waktu berbuka tiba. Bukan air atau bukan pula makanan, tetap rokok. Karena saat itu ia sudah mengalami craving (sakau). 

Bagi yang sedang mencoba berhenti merokok, gejala ini akan meningkat dalam beberapa hari setelah menghentikan kebiasaan merokok dan mulai berkurang dalam beberapa minggu setelahnya. Bahkan bagi sebagian orang gejala ini bisa terjadi hingga berbulan-bulan. Sehingga tidak heran jika banyak yang gagal dalam fase ini. 


Gejala-gejala ini terjadi karena efek farmakologi dari nikotin. Meskipun begitu faktor-faktor perilaku juga bisa mempersulit proses dan gejala-gejala ini. Misalnya karena waktu setelah makan diasosiakan dengan merokok, melihat dan mencium baru rokok, teman yang merokok, dan penggunaan alkohol. Dalam beberapa bulan, faktor-faktor ini bisa menjadi pemicu seseorang untuk kembali merokok. 


Nikotin Lebih Mencandu daripada Zat Adiktif Lain

Salah satu pendorong konsumsi nikotin adalah produksi dopamine yang juga terjadi dalam proses konsumsi zat adiktif lainnya. Namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa konsumsi nikotin lebih sulit dihentikan daripada konsumsi zat adiktif lainnya. 

Penelitian di Amerika menyebutkan 70% perokok ingin berhenti merokok, setengahnya mencoba untuk berhenti merokok setiap tahunnya, namun hanya 4-7% yang berhasil berhenti tanpa bantuan. Bahkan sebuah penelitian yeng merreview 28 penelitian mengenai orang yang berusaha berhenti dari konsumsi zat adiktif tanpa memakai obat-obatan. Hasilnya menunjkkan 18% berhasil berhenti dari kebiasaan minum minuman keras, lebih dari 40% berhasil berhenti dari konsumsi ganja atau kokain, namun hanya 8% yang bisa berhenti dari merokok.  


Berhenti Konsumsi Nikotin, Mungkin!

Meski berat tapi kecanduan nikotin bisa ditanggulangi. Caranya yang paling utama tentu dengan tidak pernah mencoba merokok. Cara terbaik agar anak anda tidak merokok tentunya dengan tidak menjadi perokok. Jika orang tua sudah menjadi perokok, maka semakin cepat ia berhenti merokok, semakin besar anak anda tidak menjadi perokok. 

Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Begitu juga dengan kecanduan nikotin, berhenti memang sulit namun mencegah kebiasaan merokok tentu akan memberi hasil yang lebih baik. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai upaya preventif:

  • Mendorong Lingkungan Bebas Asap Rokok. Mendukung peraturan yang menjadikan tempat kerja sebagai kawasan bebas asap rokok. Termasuk juga mendorong tempat-tempat umum dimana banyak orang berkumpul seperti di restaurant, sekolah, tempat ibadah dan tempat pelayanan kesehatan untuk menjadi Kawasan Bebas rokok. 
  • Mendorong Peraturan untuk meningkatkan Pajak Rokok. Harga rokok yang tinggi akan mendorong anak untuk tidak mulai merokok. Harga yang tinggi didukung lingkungan bebas rokok sangat efektif mengurangi kebiasan merokok di kalangan anak muda dan menjaga mereka tidak mulai merokok. 
  • Ngobrol Dan Edukasi. Kita bisa mengajak anak ngobrol apakah ada temannya yang merokok? Banyak anak-anak merokok karena mencoba rokok temannya yang sudah lebih dahulu menjadi perokok. Berikan informasi yang benar sehingga ia bisa tahu bahwa semua produk tembakau bisa membuat kecanduan dan dapat menimbulkan banyak penyakit. 


So, berhenti merokok itu memang sulit, namun solusi utamanya adalah segera berhenti atau tidak pernah mencoba sama sekali. Mari hiudp sehat bebas candu nikotin!


Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung