Kebiasaan merokok tidak hanya merugikan perokok sendiri. Namun juga membahayakan orang-orang di sekitar perokok yang tidak merokok atau disebut perokok pasif. Data WHO menunjukkan bahwa secara global Rokok membunuh lebih dari 6 juta orang setiap tahun. Namun yang lebih menyedihkan, 600.000 orang yang meninggal akibat rokok setiap tahunnya bahkan ditemukan tak pernah merokok atau perokok pasif.

Sehingga kalo dalam bahasa agama, perokok yang merokok sembarangan dan membuat orang lain menghirup asap rokok adalah perbuatan dzolim. Karena ia sama saja dengan memaksa orang lain menghirup asap rokok dan menerima risiko seperti perokok aktif.

Dengan semakin banyaknya jumlah perokok aktif, saat ini setiap orang lebih berisiko menjadi perokok pasif. Bisa jika para perokok di Indonesia yang jumlahnya kurang lebih 60 juta itu merokok sembarangan, maka akan banyak sekali orang yang terpaksa harus menghisap asap rokok orang lain. 

Selain di tempat umum, Bahkan saat ini orang berisiko terpapar asap rokok orang lain di dalam rumah. Data GATS tahun 2010 menemukan ada 92 juta penduduk Indonesia yang terpapar asap rokok di dalam rumah atau di tempat umum. Data terbaru dari GYTS tahun 2014 menemukan bahwa remaja Indonesia (berusia 13-15 tahun) 57,3% terpapar asap rokok di dalam rumah dan 60,1% terpapar di tempat umum. 

Terkait dengan hal ini ada beberapa fakta yang perlu diketahui dan mitos yang mesti diluruskan terkait perokok pasif. 

Fakta : Perokok Pasif Mengalami Risiko yang sama dengan Perokok aktif

Seperti diketahui rokok mengandung banyak sekali zat berbahaya apabila dihirup oleh tubuh secara terus menerus baik secara sengaja atau tidak disengaja.  

Sehingga memang benar bahwa perokok pasif bisa mengalami risiko yang sama dengan perokok aktif. Salah satu syaratnya adalah ia mengalami paparan asap rokok dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus secara konsisten. Mereka adalah orang-orang yang memang banyak bersinggungan dengan para perokok aktif dalam kegiatan sehari-hari atau aktifitas yang panjang. 

Contohnya adalah keluarga perokok yang merokok sembarangan di dalam rumah.  Anak-anak dan perempuan adalah salah satu kelompok rentan yang selalu menjadi korban. Anak-anak dan istri atau suami dari pasangan perokok memiliki risiko yang sama besar dengan perokok sendiri. Sudah banyak banyak sekali anak-anak dan ibu-ibu rumah tangga yang batuk dan sakit meskipun ia tidak pernah merokok. Diantara contoh yang  bisa dirujuk adalah kisah Ibu Eike dan Tika yang bukan perokok tapi harus mengalami penderitaan karena bergaul dengan perokok. 


Kenapa Perokok pasif Berbahaya?

Ketika seseorang merokok maka ia memproduksi dua jenis asap yaitu asap utama dari pangkal batang rokok yang dihirup perokok dan dan asap dari ujung rokok yang dihasilkan langsung dari pembakaran rokok. Menurut dr. Widyastuti Soerojo dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) hanya 25 persen zat berbahaya dalam rokok yang masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 persennya sisanya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya.

Perokok menghirup kedua jenis asap ini saat melakukan aktifitas merokok. Sementara non-perokok terpapar dari asap pembuangan dan asap rokok langsung dari rokok tersebut. Karenanya perokok pasif tetap menghadapi bahaya karena asap rokok perokok pasif juga terpaksa menghirup lebih banyak nikotin dan tar yang dikeluarkan oleh perokok aktif. Tak hanya itu, perokok pasif juga menghirup lebih banyak karbon monoksida yang mengandung ammonia dan cadmium dalam jumlah sangat tinggi. Karbon monoksida juga mengandung gas beracun dan hidrogen sianida yang bisa mematikan

Hanya 30 menit terpapar perokok pasif dapat mempengaruhi bagaimana pembuluh darah mengatur aliran darah, untuk tingkat yang sama dengan yang terlihat pada orang yang merokok. Eksposur jangka panjang untuk perokok pasif dapat menyebabkan perkembangan aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah).

Dilansir dari National Cancer Institute, badan internasional untuk penelitian kanker (IARC) telah mengklasifikasikan asap rokok pada manusia sebagai karsinogen (zat penyebab kanker). Karenanya orang yang tidak merokok tapi sering menghirup asap rokok juga memiliki kemungkinan terkena kanker paru.

Diperkirakan orang yang menjadi perokok pasif berpeluang terkena kanker paru-paru 20 sampai 30 persen. Tapi jika perokok pasif tersebut tinggal bersama dengan seorang perokok aktif maka peluangnya menjadi lebih besar. Karena ada kemungkinan orang tersebut terpapar asap rokok setiap harinya, sehingga akumulasi dari zat-zat kimia tersebut semakin besar.

Bahaya Perokok Pasif bagi Bayi dan Anak-anak

Karena tubuhnya masih dalam masa perkembangan, bayi dan anak-anak sangat rentan menjadi korban perokok pasif. Beberapa risiko yang bisa dialami karena paparan asap rokok orang lain adalah sebagai berikut :

Berat lahir rendah. Bayi yang mengalami berat lahir rendah akan mengalami risiko lebih besar mengalami penyakit jantin dan diabetes tipe 2 saat mereka dewasa.

Mengalami risiku mengalami sindroma kematian mendadak atau SIDS (sudden infant death syndrome)

Mengalami gangguan infeksi saluran pernapasan bawah seperti bronchitis dan pneumonia

Mengalami gejala pernafasan seperti batuk-batuk, keluar dahak, sesak napas dan napas pendek.

Lebih banyak mengalami infeksi telingan disbanding anak lain yang tidak terpapar asap rokok orang lain (mereka juga lebih rentan mengalami kekekringan cairan telingan karena mengalami banyak infeksi)

Mitos : Merokok mati, tidak merokok mati, mending merokok sampai mati

Ada beberapa ahli yang menyimpulkan bahwa perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif. Alasannya karena konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap melalui asap rokok perokok tidak terfilter. Sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. Sehingga ada anggapan daripada menjadi perokok pasif lebih baik jadi perokok aktif sekalian toh “Merokok mati, tidak merokok mati, mending merokok sampai mati”. 

Namun anggapan ini tidak sepenuhnya bisa diterima. Karena mengesampingkan faktor adiksi dan kesukarelaan. Perokok pasif memang bisa mengalami konsekuensi yang berat jika dia terperangkap secara terus menerus dalam dimana ia terpaksa harus menghirup asap rokok orang lain. Tapi ia mengalami itu dalam keterpaksaan. Dan karena faktor ini, Perokok pasif tidak bisa menikmati paparan asap rokok orang lain yang diterimanya dan kecil kemungkinan untuk menjadi ketagihan. 

Lain halnya dengan perokok aktif, ia menghirup asap rokok sebagai bentuk rekreasi dan kebutuhan pemenuhan asupan nikotin (sakau nikotin). Sehingga faktor adiksi dan sukarela ini bisa mendorong konsumsinya bertambah secara terus menerus. Perokok yang pada awalnya cukup dengan menghabiskan 2 atau 3 batang dalam sehari, konsumsinya bisa meningkat menjadi satu atau dua bungkus bahkan lebih dalam jangka waktu selanjutnya. Inilah resep yang jitu untuk membuktikan bahaya merokok, konsumsi yang konsisten bahkan meningkat dalam jangka waktu yang lama. Sehingga meskipun angka ganggaun kesehatan atau kematian para perokok pasif cukup tinggi, perokok aktif tetap lebih berisiko mengalami kerugian-kerugian tersebut.

Bagaimana supaya terhindar menjadi perokok pasif?

Ditengah-tengah lingkungan yang sangat permisif terhadap perilaku merokok seperti saat ini, para perokok pasif harus bersikap lebih aktif untuk melindungi dirinya. Ciptakan lingkungan yang bebas asap rokok sebanyak mungkin di tempat pribadi ataupun lingkungan sekitar. Beberapa langkah ini dilakukan agar tidak menjadi korban paparan asap rokok orang lain:

Di rumah: Bebaskan rumah dari asbak, pasang tanda dilarang merokok di dalam rumah dan jangan perbolehkan orang lain merokok di dalam rumah Anda. Jika ada tamu ataupun anggota keluarga yang merokok, persilahkan mereka merokok di luar

Di kendaraan: Jadikan kendaraan anda bebas asap rokok. Jika ada penumpang yang ingin merokok, berhentilah di rest area untuk merokok di luar kendaraan Anda

Di tempat kerja: Mintalah manajemen kantor untuk memberlakukan peraturan dilarang merokok. Tempat kerja adalah tempat kedua setelah rumah yang banyak dikunjungi. Karenanya tempat kerja yang bebas Asap rokok sangat penting untuk kesehatan anda.

Di tempat umum: Pilihlah restoran ataupun hotel yang bebas asap rokok, begitu juga tempat-tempat rekreasi. Di Indonesia sudah ada UU dan peraturan yang menjamin tempat-tempat tersebut agar bebas asap rokok. 

Dalam pergaulan Sehari-hari: sampaikan pesan-pesan kesehatan soal rokok, dukunglah upaya social untuk memperketat peraturan soal rokok di media social. 

Itulah beberapa contoh upaya yang bisa anda lakukan agar terhindar dari menjadi perokok pasif. Lingkungan yang sehat dan bebas asap rokok adalah hak semua orang. Sehingga seharusnya para non perokok yang lebih dilindungi dari haknya untuk sehat, dan bukan sebaliknya. Bagaimana menurut anda?

Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung