Di postingan sebelumnya saya sudah share soal apa saja yang akan dilalui dalam proses seleksi beasiswa fulbright. Jika sudah sampai tahap ini berarti Anda sudah melalui tahap seleksi administrasi dan seleksi wawancara.  Artinya proses seleksi beasiswa sudah seperempat jalan. Kenapa seperempat jalan? Karena yang lolos seleksi wawancara ia baru jadi Kandidat penerima beasiswa, belum menjadi penerima beasiswa. 

Ada dua tahap yang harus anda lewati untuk mengubah status dari kandidat menjadi penerima. Pertama harus diterima di salah satu kampus di AS dan lolos mendapatkan visa untuk keberangkatan. Dalam tulisan ini saya akan share poin pertama yaitu proses memilih dan daftar ke kampus di Amerika Serikat. Dalam bahasa proses seleksi Fulbright proses ini disebut proses Submission Plan. 

Menaklukkan GRE dan TOEFL IBT
Yang akan anda lalui dalam proses ini adalah memenuhi persyaratan daftar ke kampus AS yaitu persyaratan administratif yang sudah dipenuhi sebelumnya ditambah beberapa persyaratan yang lain. Ini terkait dengan persyaratan dasar kampus AS dalam menerima mahasiswa, biasanya item-item ini yang perlu dipenuhi :
  1. Transkrip Nilai dan Ijazah Pendidikan tingkat sebelumnya
  2. 2 (dua) Essay yaitu Personal Statement dan Study Objective
  3. 3 (tiga) Rekomendasi dari Pembimbing Akademik dan atau Supervisor profesional
  4. Curriculum Vitae
  5. Portofolio (contoh karya bisa berupa Tulisan 20 halaman atau karya lain sesuai bidang yang digeluti)
  6. Skor Tes TOEFL IBT, GRE atau GMAT
Dengan bekal beberapa persyaratan di atas anda bisa daftar ke berbagai perguruan tinggi di Amerika Serikat. Saya akan skip penjelasan untuk persyaratan no 1-5 karena itu sudah dibahas di link ini. Saya akan share pengalaman memenuhi persyaratan nomor 6 yaitu skor TOEFL IBT, GRE atau GMAT.


TOEFL IBT ini adalah untuk mengukur penguasaan bahasa Inggris anda supaya bisa berkomunikasi dengan bahasa inggris dengan baik. TOEFL IBT beda formatnya dengan TOEFL ITP karena bentuk dan kesulitan soalnya berbeda. Jenis pertanyaan di TOEFL IBT lebih mirip dengan tes IELTS meskipun kalo menurut saya dalam bagian speaking IBT lebih susah karena ada timingnya. Untuk daftar ke Kampus di US skor yang dibutuhkan bervariasi dari 80 - 100. Untuk amannya, AMINEF akan meminta anda untuk bisa mencapai skor 100 supaya bisa daftar ke berbagai kampus bagus.

Saya pernah tes IELTS sekali, dan dapat nilai rata-rata 6.5. Tapi untuk TOEFL IBT sulit sekali dapat nilai 100, saya harus mengulang tes hingga dua kali untuk mendapatkan nilai 94, yang akhirnya dianggap cukup untuk daftar ke berbagai jurusan yang saya tuju.

Untuk informasi  bagaimana contoh soal TOEFL IBT anda bisa cek di link resminya disini. Jika pake laptop atau komputer windows di link itu ada simulasi yang bisa anda download untuk latihan. Idealnya untuk kita butuh waktu 2-3 bulan untuk persiapan TOEFL IBT.

Tes kedua yang harus dipenuhi adalah GRE atau Graduate Records Examination. GRE adalah semacam tes potensi akademik yang harus diambil untuk mereka yang akan daftar ke Graduate Study di AS. GRE ini ada yang general ada yang subject yang dikhususkan untuk bidang keilmuan tertentu. AMINEF mensyaratkan nilai GRE minimal 150 untuk masing-masing bagian verbal reasoning dan quantitative reasoning. Standar yang tidak mudah untuk dicapai. Saya yang ambil jurusan social science cukup punya skor GRE jenis general saja. Untuk yang akan daftar ke jurusan manajemen atau bisnis mereka harus mengambil tes lain yaitu GMAT.

Nah mengejar skor GRE ini yang menurut saya sangat menantang. Bagi banyak pemburu graduate study di AS, GRE adalah momok tersendiri dan termasuk persyaratan yang sulit untuk dipenuhi. Sebetulnya ada banyak kampus di AS yang tidak mensyaratkan GRE seperti saya share di tulisan ini. Sebagian lagi mensyaratkan GRE tapi tidak menentukan berapa skor minimal yang harus didapatkan. Apa dan bagaimana itu GRE dan bentuk soalnya bisa cek di web resmi ETS disini.  

Bagi saya GRE juga sulit sekali, lebih sulit daripada IELTS dan TOEFL IBT. Di GRE anda akan ditanya soal Matematika Dasar dan dengan waktu yang dibatasi cukup singkat. Apalagi di bagian bahasa, banyak sekali contoh soal yang mengharuskan anda memilih dengan benar 2 atau 3 jawaban dari 5 pilihan tersedia. Jadi kalo anda mampu menjawab satu pilihan dan salah di pilihan lain dalam satu soal, maka nomor itu anda tidak mendapatkan nilai. Saya sendiri harus mengulang tes GRE hingga 3 kali sampai memenuhi syarat minimal yang ditentukan oleh AMINEF. Perjuangan yang melelahkan dan mendebarkan.

Senior saya kang Hilman Latief pernah bilang kalo tes GRE orang Indonesia memang kurang bagus. Biasanya profesor atau kampus di AS memahami kalo nilai GRE kita kurang bagus. Tapi ini tentu bukan alasan bagi kita untuk mengurangi upaya dan usaha. Kang Hilamn juga cerita kalo mahasiswa-mahasiswa dari China (RRT) menyiapkan GRE setahun sebelum berangkat. Di RRT ada banyak kursus dan bimbingan untuk bisa berhasil tes GRE. Di Indonesia, saya cari kursus GRE di daerah Jabodetabek, hasilnya, nihil.

Memilih Kampus di AS

Amerika Serikat merupakan salah satu pemimpin dalam dunia pendidikan tinggi. Jika kita cek di 100 besar kampus terbaik dunia di berbagai situs perangking perguruan tinggi, maka bisa kita lihat banyak sekali kampus Amerika yang bisa masuk peringkat 50, 20 bahkan 10 besar dunia. Perguruan tinggi di negeri paman Sam adalah trend setter, rujukan, benchmark sekaligus kiblat riset dan pendidikan tinggi di dunia. Berbagai riset dan penemuannya menjadi rujukan bagi akademisi di seluruh dunia. Maka tidak aneh jika animo masyarakat dunia sangat tinggi untuk kuliah di AS. 

Namun memilih kampus di AS tidak mudah. Selain karena jumlahnya yang ribuan, kualitas satu kampus dengan kampus lainnya tidak terlalu jauh, namun juga pilihan yang terlalu banyak membuat kita bingung dalam memutuskan. Bahasa sunda nya mah Barieukeun...

Beasiswa Fulbright akan membantu kita daftar ke 4 kampus untuk penempatan sekolah. Namun tentu dengan banyak pilihan mensortir hingga 4 kampus bukan hal yang mudah. Apalagi kita juga dikasih batasan biaya sekolah hanya 35 ribu USD per tahun untuk program master dan 40 ribu USD untuk doktoral. Oleh karena itu mencari jurusan yang sesuai kebutuhan dan sesuai budget tapi dengan kualitas terbaik adalah tantangan selanjutnya.

Maka saran saya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menentukan pilihan kampus di Amerika Serikat seperti berikut ini: 

Pertama, tentukan minat dan bidang yang ingin diperdalam. Bidang apa yang ingin dipelajari? Semakin spesifik akan semakin bagus. Apakah bidang eksakta, sosial atau profesional? Program apa sih yang ingin dipelajari? Ini poin pertama yang mesti dijawab. Dulu waktu saya daftar program yang ingin diambil adalah master public policy, public health atau development study. Dua jurusan ini sangat sesuai dengan latar belakang yang banyak bersinggungan dengan berbagai isu pembangunan dan advokasi kebijakan.

Kalo sudah punya bidang program yang ingin dipelajari, kita bisa mensortir sekolah mana yang paling ideal, yang paling menarik sesuai tujuan kita.

Maka poin Kedua,  cari tahu sebanyak-banyaknya informasi mengenai program tersebut. Saran saya dalam proses ini ada beberapa hal yang perlu di fokuskan yaitu courses offered, biaya kuliah atau Cost of Attendance (CoA), financial aid, Capstone project dan early admission. 

Courses Offered
Kita perlu nelisik sedetail mungkin apa sebenarnya yang akan diajarkan oleh sebuah program. Masing-masing sekolah diberikan kebebasan untuk mengembangkan kurikulumnya. Misalnya program public policy satu kampus dengan kampus yang lain arahnya sangat berbeda. Satu sekolah bisa fokus ke sisi ekonomi, lainnya bisa ke kesetaraan jender, sosial politik  atau aspek-aspek sosial lain yang masih banyak lagi. Maka teliti dan amati secara seksama apa target dan tujuan masing-masing program.

Tempat pertama untuk riset bagian ini adalah website masing-masing kampus biasanya memberikan informasi lengkap soal jurursannya masing-masing. Jika tidak kita juga bisa berkirim surat ke bagian pendaftaran mahasiswa baru (admission office) jika ada informasi yang belum jelas.

Cost of Attendance
Karena beasiswa kita terbatas maka sebaiknya biaya kuliah dan biaya hidup dijadikan salah satu kriteria untuk memilih kampus. Karena banyak kasus kandidat yang sudah lolos tahap wawancara tidak jadi berangkat karena kampusnya terlalu mahal sehingga harus nombok (shortfall) dalam jumlah besar. Nah Cost of Attendance adalah biaya secara keseluruhan yang harus dikeluarkan untuk mengarungi studi yang terdiri dari tuition (uang SPP) dan living cost (biaya hidup).

COA masing-masing kampus bisa di cek web masing-masing kampus. Sebagian kampus bahkan menyediakan aplikasi khusus di halaman webnya untuk membantu menghitung CoA. Carilah kampus yang COA nya tidak lebih dari 35 ribu, kalo pun lebih dari itu jangan terlalu banyak. Karena jika kebanyakan, maka akan shortfall dan kita harus nombok banyak juga.

Financial Aid
Di kampus AS biasanya ada peluang mendapatkan bantuan keuangan dari dalam kampus, atau bahasa lainnya ada banyak beasiswa internal. Beasiswa ini biasanya diberikan kepada calon mahasiswa berdasarkan merit based (prestasi dan portofolio) atau bisa juga dengan melalui skema Graduate Assistanship. Katanya beasiswa internal teredia lebih banyak di kampus swasta (private owned) dibanding kampus yang dimiliki negara (state owned). Karena para donatur atau pilantropis lebih senang berderma ke kampus swasta daripada ke kampus negeri.

Namun kelebihan dari kampus negeri biasanya tuition fee nya lebih murah dibanding private university. Nah  dalam proses memilih kampus maka penting untuk mempertimbangkan apakah kampus tersebut bisa memberikan  beasiswa internal atau tidak. Jika ada, maka ajukan aplikasi dan tanya bagaimana cara mendapatkannya. Jumlahnya lumayan untuk menambah uang beassiswa.

Capstone Project atau Thesis
Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah soal tugas akhir program. Terutama untuk yang mau S2, perlu dicatat tidak semua jurusan S2 akan meminta kita menyusun thesis, ada yang cukup dengan ujian komprehensif atau menyusun proposal project. Bagi yang ingin lanjut S3, sebaiknya cari program yang bisa nulis tesis untuk bekal di S3. Ini pertimbangan yang saya lakukan saat sortir sekolah.

Revisi:
Saya memberikan informasi tambahan soal capstone project ini. Di kampus saya, Ohio University, syarat kelulusan diberikan tiga pilihan yaitu ujian komprehensif, capstone dalam bentuk research paper atau grant proposal, dan thesis. Di kampus kami, faculty tidak menyarankan thesis karena itu terlalu berat dan investasi waktunya terlalu berat bagi mahasiswa dan juga bagi pembimbingnya. Jadi pilihan ini jarang diambil, meski ada mahasiswa yang bikin thesis juga. Kenapa tidak direkomendasikan? Karena rata-rata pengerjaan thesis itu biasanya ideal 1.5 tahun, dari mulai ujian proposal, pengambilan data hingga penulisan dan proses defend hasil. Dan untuk program yang cuma 2 tahun, waktu sepanjang itu terlalu lama. Kabar baiknya, menurut data di jurusan, pilihan apapun yang diambil mahasiswa mau ujian komprehensif, capstone project ataupun thesis tidak selalu mempengaruhi secara langsung kesempatan lanjut di S3. Simplenya, tanpa membuat thesis sekalipun, kesempatan untuk lanjut ke S3 masih terbuka.  

Early Admission
Yang selanjutnya adalah apakah program yang kita tuju menerima pendaftaran awal? Ini penting karena semakin cepat proses penerimaan kampus, maka akan semakin cepat kita masuk ke tahap selanjutnya. Proses seleksi Fulbrigh, akan berlanjut lebih cepat jika kita bisa mendapatkan kepastian dimana akan kuliah. Early admission juga memberi kita waktu untuk aplikasi beasiswa internal.  So, banyak sekali keuntungannya terutama dari segi waktu.

Untuk memudahkan proses sortir dan penentuan kampus dengan kriteria diatas, saya punya template khusus yang bisa digunakan silahkan gunakan spreadsheet di Template_Schools_Filter_US_Fulbright. Saya dapat dari teman saya Mba Sinta yang kuliah di Columbia University tentunya dengan beberapa modifikasi. 

Jangan Ragu untuk Direct Application

Proses memilih kampus memang bagian yang tidak kalah melelahkan dan menuntut kesabaran. Karena selain persyaratan GRE dan TOEFL IBT yang cukup sulit dipenuhi, proses submit aplikasi kampus hingga mendapat jawaban (admission offer) bisa berlangsung 3-4 bulan lamanya. Belum lagi ada kemungkinan terburuk setelah kita daftar ke 4 kampus melalui submission plan AMINEF, tidak ada sama sekali kampus yang menerima, sehingga beasiswa menjadi hangus. Skenario kedua jika pun ada kampus yang menerima belum tentu kita terhindar dari Shortfall dimana kita harus nombok kekurangan biaya kuliah yang tidak bisa dicover besarnya beasiswa.

Oleh karena itu saran saya selain daftar melalui mekanisme submission di AMINEF, kita juga bisa daftar ke kampus langsung (direct application). Karena submission plan di Fulbright hanya memungkinkan kita mencantumkan 4 kampus dalam daftar pilihan. Sementara kalo kita cek di theGradcafe.com adalah hal yang wajar calon graduate students di AS mendaftar ke 5 bahkan hingga 10 kampus dalam proses aplikasi.

Kekurangan dari Direct Application itu adalah kita akan keluar uang untuk biaya pendaftaran yang berkisar antara $50 - $150 per kampus, atau biaya pengiriman berkas melalui pos. Namun mengingat DA ini akan membantu kita untuk memastikan satu tempat di kampus di AS, menurut saya masih masuk akal, daripada kita kehilangan peluang mendapatkan beasiswa yang sudah setengah jalan ada dalam genggaman.

Saya sendiri daftar ke empat kampus melalui AMINEF-AII berikut ini:
 Namun selain ke kampus diatas saya juga daftar sendiri ke kampus berikut ini:
Dari segi kurikulum memang ada beberapa kampus yang kurikulumnya kurang pas dengan minat saya di awal yaitu policy anlysis. Kampus seperti Texas A&M, Indiana Purdue, University of Missouri, Michigan Dearborn fokusnya ke Public Administration ya semacam sekolah manajemennya untuk para mid career official di pemerintahan. Namun waktu itu karena program-program inilah yang masih memungkinkan saya untuk daftar, maka tetap saya masukkan. Sementara itu dari segi mata kuliah susuai urutan Ohio, Boston, Clark dan SFSU adalah yang paling sesuai dengan minat saya. Karena disitu ada policy analysis, ada development theory dan mata kuliah lain yang spesifik terkait dengan public health.

Nah bagaimana hasilnya? jreng....jreng... jreng...

Alhamdulilah dari 8 kampus yang saya daftar diatas, saya diterima admission di 7 kampus. Hanya San Francisco State University yang tidak memberikan admission. Dari 7 kampus yang menerima ada beberapa kampus yang Shortfall (melebih $35,000/tahun) seperti Clark University ( lebih $8,601 / year),  Texas A&M (lebih $1,185/year), University of Missouri awalnya shortfall (lebih $10,689/year) meski akhirnya mereka mau nanggung kekurangannya. Untuk Boston Uni saya tidak melanjutkan hingga proses negoisasi biaya karena setelah dibandingkan dengan biaya yang lebih reasonable ternyata Ohio University lebih menarik.

So, moral storynya, jika lah saya tidak melakukan direct application ke OU, belum tentu saya dapat kampus yang bisa memenuhi ekspektasi saya di awal. Ditambah lagi OU adalah kampus yang paling pertama memberikan admission offer dibanding yang lainnya. Sudah itu, biayanya merupakan yang paling rasional dibanding yang lain dengan program riset yang cukup kuat. Maka waktu itu saya tidak ragu-ragu untuk memilih Ohio University sebagai pilihan.

Alasan lain mengapa direct application juga penting karena AII yang mengurus nyaris 7000 fulbrighters setiap tahunnya akan kelabakan mengatur admission para grantee. Tentu kita akan lebih puas memilih kampus jika bisa memiliki kemungkinan diterima di lebih dari 4 kampus diluar submission plan dari AII-Aminef. Direct aplication juga memungkinkan kita bernegosiasi dan engage dengan admission officer di kampus kita. Sementara bagi kampus yang masuk submission plan, kita tidak diperbolehkan mengontak kampus langsung karena sudah ditake over oleh AII.

Last but Not Least

Diluar beberapa poin di atas, memang ada baiknya kita bisa konsultasi langsung dengan senior graduate student yang kuliah di tempat kampus tujuan kita. Kita bisa tanya senior dan mendapatkan deep consultation tentang apa sebetulnya yang diajarkan di program tersebut. Kita bisa cari situs atau fan page PERMIAS di kampus tersebut atau cek kontak di laman fulbright internasional.

So, bagi yang sudah sampai pada tahap submission plan, selamat berburu kampus yang sesuai dengan target dan tujuan kita. Memang prosesnya tidak mudah dan panjang sekali, tapi dengan keuletan dan ketelitian kita bisa dapatkan kampus yang sesuai dengan minat dan penting juga untuk tidak shortfall.

Keep fighting.....

Tulisan lain terkait Beasiswa


Proses Seleksi Beasiswa Fulbright

Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung