Salah satu upaya mengendalikan konsumsi rokok adalah melarang segala macam bentuk iklan, promosi dan sponsorship dari perusahaan rokok dalam bentuk apapun. Karena iklan dan sponsor adalah pintu masuk industry untuk merekrut perokok baru dan melanggengkan usahanya. 


Namun pelarangan iklan, promosi dan sponsor rokok adalah kebijakan yang masih terus diperjuangkan di Indonesia. Salah satu hambatannya adalah banyaknya mitos menyesatkan. Salah satu mitos itu adalah jika sponsor rokok dilarang maka olahraga akan mati suri, pertunjukkan seni juga akan lumpuh layu. Seorang teman bilang, jika rokok dilarang sponsor maka tidak bisa nonton liga-liga keren di televise!


Sepakbola Tanpa Sponsor Rokok


Asumsi bahwa olahraga akan mati jika sponsor rokok dilarang tentunya terkait dengan pengalaman negeri ini yang Liga sepakbolanya selalu disponsori oleh perusahaan rokok. Mari kita lihat daftar sponsor liga Indonesia berikut ini :

1994–1996: Dunhill (Liga Dunhill)

1996–1997: Kansas (Liga Kansas)

1997–1999: Tidak ada sponsor (Liga Indonesia)

1999–2004: Bank Mandiri (Liga Bank Mandiri)

2005–2007: Djarum (Liga Djarum Indonesia)

2008–2011: Djarum (Djarum Indonesia Super League)

2011-2014: Tidak ada sponsor (Indonesia Super League)

2015 : Bank QNB Indonesia (QNB League)

2016 : Torabika Super Championship (TSC)

2017 : Liga 1 Gojek Traveloka


Jika kita lihat daftar diatas maka dari pengalaman 23 tahun penyelenggaraan Liga Sepakbola maka perusahan yang paling banyak mensponsori adalah perusahaan rokok dari mulai Dunhill, Kansas dan Djarum. 


Namun dalam dua tahun ini asumsi ini terbukti salah kaprah. Jika kita melihat sejarah, buktinya menunjukkan banyak industri lain yang bisa membiayai tayangan dan liga olahraga. Kita bisa sebut Bank Mandiri, Bank QNB dan Produsen Kopi Torabika pernah menjadi sponsor utama liga sepakbola Indonesia. 


Bulan ini para penikmat sepakbola Indonesia juga kembali ceria karena PSSI kembali secara resmi menggelar liga sepakbola. Setelah vakum selama kurang lebih dua tahun karena sanksi dari FIFA, Liga Indonesia resmi kembali digelar pada 15 April 2017 lalu. 


Satu yang berbeda dari Liga 1 adalah sponsor dan nama dari kompetisi tertinggi ini. Pada musim ini PSSI menggandeng Gojek dan Traveloka sebagai sponsor utama. Pun nama Liga Indonesia berubah menjadi LIga 1 Gojek Traveloka. Gojek dan Traveloka dikabarkan menjadi sponsor dengan nilai 180 milliar per tahun. 


Maka dari pengalaman ini sebetulnya tidak ada alasan pemerintah dan masyarakat untuk takut melarang iklan, promosi dan sponsor rokok. Di tengah darurat konsumsi rokok di negeri ini yang semakin menggila, kekhawatiran bahwa rokok adalah penopang olahraga nasional sama sekali tidak berdasar. 


Apalagi jika kita perhatikan berbagai liga sepakbola top di luar negeri tidak satupun yang dibiayai oleh industri rokok. Ini adalah bukti lain bahwa rokok bukan harga mati untuk menghidupkan industri olahraga. Apalagi jika kita menimbang kontradiksi di dalamnya. Kegiatan olahraga yang menyehatkan justru disponsori produk yang membuat orang sakit adalah satu paradoks kehidupan. 


So, kapan kita bisa larang industri rokok untuk tidak lagi menjadi sponsor kegiatan olahraga apapun? Sampaikan pendapat teman-teman di kolom komentar dibawah ini.


Mari hidup sehat tanpa asap rokok!!


Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung