Salah satu dari 4 tahapan yang harus dilalui bagi mahasiswa PhD di Griffith University adalah Early Candidature Milestone. Berdasarkan halaman Milestone and Requirement, ECM adalah salah satu level aman pertama perjalanan PhD. 

Beberapa persyaratannya adalah sebagai berikut:

Fase ECM adalah untuk menilai apakah proyek yang akan dilaksanakan ini bisa diselesaikan dan layak sebagai syarat kelulusan, memastikan ada sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya, apa masalah yang harus diantisipasi, dan juga membantu mahasiswa menentukan rencana karir setelah PhD.

Fase ECM ini dilaksanakan dalam jangka waktu 6 bulan pertama. Jadi pada semester pertama ini kandidat PhD diminta untuk memastikan bahwa rencana riset yang dulu sempat disubmit di saat aplikasi, memang benar-benar bisa dilakukan. Yang paling utama dilaksanakan disini adalah memastikan latar belakang, pertanyaan riset dan desain riset secara umum yang pernah dibuat bisa dipikirkan kembali dan dimatangkan.

Setiap pihak dari mulai mahasiswa doktoral, supervisor (main atau yang additional), hingga pihak kampus (HDR convenor, dean sampai fakultas) memiliki tugasnya masing-masing. Namun tetap mahasiswa yang menjadi pelaku utama yang akan mendesain semua pada tahap ini. Supervisor akan mengarahkan dan memberikan saran. 

Terkait proses ini ada beberapa catatan yang kemarin saya alami dan bisa jadi pelajaran untuk yang lain. 

1. Berikan Porsi Seimbang Pada Setiap Aspek Proposal

Pada dasarnya di level ECM kita akan merevisi dan mempertajam proposal riset yang sudah dibuat. Tentu hal ini meliputi memeriksa kembali latar belakang, mempertajam pertanyaan riset dan memperjelas rencana dan tahapan riset, serta membuat time line pengerjaan riset. Dalam proses ini bisa jadi kita akan membongkar ulang bangunan argumen awal di latar belakang untuk memastikan pertanyaan riset masih relevan. 

Hal yang saya lakukan kemarin adalah mempertajam latar belakang dengan melakukan literature review secara lebih mendalam dibandingkan pada saat menyusun proposal. Waktu itu kasusnya karena ternyata latar belakang riset saya soal defisit JKN ternyata sudah selesai karena sekarang sudah surplus. Lalu saya menghabiskan banyak waktu untuk meyakinkan diri jika problem nya masih relevan. Setelah mengubek-ngubek literature, ternyata masalah melebar kemana-mana hingga ke perbaikan sistem kesehatan bahkan sistem fiskal negara yang ceruknya lebih luas lagi. 

Proses ini berjalan agak lama, hampir agak mendekati waktu-waktu akhir ECM. Pada akhirnya saya sadari,  proporsi waktu yang saya pakai untuk mempertajam desain penelitian dan menegaskan metode apa yang akan dipakai tidak cukup karena saya terlalu lama mempertajam background. 

Apa yang saya lakukan bisa jadi kurang pas, karena sebaiknya seluruh tahapan dan bagian dalam proposal seperti bagian metodologi juga perlu untuk benar-benar diperhatikan. 

2. Settling Up dan Buat Pola Belajar Yang Sesuai

Ini adalah dua hal yang tidak kalah penting juga. Pertama soal settling up, yaitu masa penyesuaian diri dengan lingkungan yang baru. Saya tulis di postingan lain soal apa saja yang harus dilakukan untuk awal datang keluar negeri. 

Pengalaman saya proses berbenah dan persiapan mencari rumah, membawa keluarga dan mencari sekolah anak di awal perlu diselesaikan dulu supaya semua bisa lebih lancar. Terkait beberapa hal ini bisa cek postingan saya disini: Mencari Rumah Kontrakan di Australia, Mengurus Sekolah Anak di Australia, dan Proses Aplikasi Visa ke Australia

Setelah settle up, tahap selanjutnya adalah juga membuat rutinitas dan pola kerja dan belajar yang cocok bagi kita sesuai dengan preferensi. Satu hal yang berbeda antara PhD dan kehidupan belajar master adalah soal independensi yang lebih tinggi saat menjalani PhD by riset. 

Di Master kita harus ikut kelas dan mengikuti mata kuliah yang sudah diset oleh kampus. Sementara dalam PhD semua target pada dasarnya kita yang tentukan. Maka tidak heran ada PhD yang lama ada yang cepat juga, tergangtung motivasi, prioritas dan cara kerja riset masing-masing. 

3. Keseimbangan Hidup antara Belajar, Kehidupan Sosial, dan Keluarga

Ini adalah poin yang penting juga. Di Australia orang hidup lebih balance, kerja tidak terlalu diforsir, banyak taman publik, dan bisa berinteraksi dengan keluarga dengan lebih baik dan berkualitas. Namun juga disisi lain biaya hidup sangat tinggi untuk mahasiswa yang membawa keluarga, karena karena besarnya pengeluaran untuk housing. 

Kita mau tidak mau harus cari penghasilan tambahan untuk menutupi biaya hidup bulanan. Padahal di satu sisi, tugas riset juga menyita waktu yang tidak sedikit. Sehingga meskipun kehidupan sepertinya bisa lebih 'santai' disini, namun upaya lebih keras harus tetap dicurahkan untuk menjaga keseimbangan antara belajar, hidup dan mencari penghidupan. 

Saya yakin semua akan punya jurus masing-masing pada akhirnya. Namun ini perlu jadi perhatian khusus. 

Sementara ini dulu yang bisa saya share. Tentu ada banyak hal lain yang bisa saya curhatkan hehehe. Namun bisa disambung di postingan di masa yang akan datang. 

Semoga bermanfaat. 

Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung