Saat berbuka puasa hari pertama di Islamic Center Athens, Ohio kemarin sore saya kenalan dengan PhD visiting scholar dari mesir. Namanya Salah, nggak pake Mohammad.

Dia pernah belajar di jepang dan punya banyak teman Indonesia. Dia bilang punya kesan positif dengan segala keramahan dan persahabatan muslim Indonesia. Dia mendapat kesan muslim Indonesia itu orangnya sangat baik. Malah dia bilang Islam Indonesia itu bisa jadi representasi yang baik buat dunia di luar Islam.

Ini prestasi yang baik yang didapat dari perjalanan panjang dinamika islam di tanah air. Dengan komposisi Islam moderat yang menjadi mayoritas kelompok Islam Indonesia, islam Indonesia memang jadi semacam rujukan wajah islam yang damai. Kompatible dengan demokrasi, budaya lokal dan citra positif lainnya.

Namun saya kira citra itu terancam dengan parah jika berita seperti link di bawah ini terus menguat. Kelompok-kelompok kecil yang mengambil sudut pandang ekstrim hingga menghalalkan kekerasan. Apalagi dengan yakin dan percaya melakukan teror untuk membela kelompoknya. Secara presentase mereka tidak banyak, tapi di dunia medsos seperti sekarang nila setitik bisa difoto laksana air bah sekolam.

Mau sejauh apapun kita menyangkal Islam tidak terkait teror dan menunjukkan sisi baik dari islam, mereka kelompok ini akan menunjukkan citra sebaliknya. Orang sunda bilang bakal Heurin Letah alias lidah kelu. Ini ibarat akibat nila setitik rusak susu sebelanga.

Saya lihat salah satu faktornya karena fokus pada syariat saja, dan dalam kadar tertentu melupakan aspek etika (akhlak). Kalo yang pernah sekolah agama atau SD di MI (hehehe) pasti tahu ada pelajaran Fiqh, SKI dan Aqidah Akhlak. Nah orang biasanya hanya fokus pada yang pertama yang dan melupakan dua yang terakhir.

Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung