Meskipun dengan sederhana setiap anak-anak di kampung belajar membaca quran dengan metode tilawah.  Guru saya dalam hal ini yang pertama dulu adalah Pak Muslih yang mengajarkan anak-anak di kampung membaca quran dengan langgam tertentu. Meskipun waktu itu lagu apa yang dibaca tidak terlalu jelas. Tapi saya masih ingat di kampung saya dulu ada beberapa anak yang dipercaya ngisi pengajian untuk membuka dengan cara baca tilawah. 

Baru setelah nyantri di Pondok Pesantren Darul Arqam, saya mengetahui bahwa seni baca Quran ini cukup banyak gayanya. Setidaknya ada 7 lagu gaya membaca quran yang paling terkenal, satu yang paling sering saya pake adalah lagu Bayati dengan semua turunannya. Di Pondok dulu guru yang mengampu adalah Pak Babam, saya lupa nama aslinya siapa, disebut pak Babam karena sebagai introduksi sebelum belajar lagu baca quran, pak Babam selalu memulai dengan latihan makhroj huruf dengan lagu 'a an ali a'na ... babam baliba'na dst'. Pak Babam orangnya kocak tapi juga galak, namun tentu baik hati tidak semua murid bisa mencuri hatinya. Saya beruntung lolos di kelas tilawah dan ada sekira 4 - 5 orang yang sering ditunjuk membaca quran di akhir pelajaran.

Karir belajar membaca quran kami teruskan melalui klub membaca Quran yang didirikan di Zaman ketua PR IRM Ahmad Imam Mujadid Rais, waktu itu Kang Ikhwan Mubarak yang menjadi pionir untuk membuat Korps Qori Qoriah Remaja (KQR). Di KQR lah kami mulai lebih serius mempelajari macam-macam lagu membaca Quran dengan bimbingan Ustadz Tatas Kurnia, S.Ag. Disitulah mulai belajar bahwa selain lagu Bayati yang selama ini sering dipakai, ada juga Soba, Rast, Nihawand, Jiharkah, dan lagu-lagu lain dalam membaca Quran. Dari sana pula kita coba belajar dari mengulik lagu dari contoh-contoh bacaan yang dibuat oleh Muammar ZA dan kawan-kawan. KQR mulai berkembang di pesantren kami mungkin sampai sekarang.

Selepas dari sana memang agak cukup sering diminta untuk baca Quran saat pengajian di kampung mulai atau ada event-event resmi organisasi. Namun memang tidak terlalu serius dikembangkan sampai pada level tertentu. Untuk perlombaan ya cukup sampai tingkat pondok dan kecamatan. Dulu memang membaca quran dengan seni seperti ini agak cukup umum digunakan. Lagu yang kita dengar di perlombaan MTQ itu dasar-dasarnya ya kurang lebih sama dengan yang kita pelajari di KQR.

Sekarang memang semacam ada pergeseran, entah karena memang seni baca quran ini mulai kurang populer atau bagaimana, banyak forum resmi keagamaan yang tidak memakai seni baca quran seperti ini tapi menggunakan langgam murattal seperti yang populer dibaca oleh para hafidz. Ini juga seiring dengan semakin populernya gerakan tahfids quran. Entah ini menarik juga untuk didiskusikan secara lebih dalam. Apakah ada trend khusus yang berbeda soal seni baca quran ini? Ada juga beberapa kelompok yang terkesan tidak suka dengan seni baca quran seperti itu, dan juga perdebatan soal boleh tidaknya qori perempuan menyanyikan quran dengan lagu-lagu tertentu. Ini lebih menarik lagi. 

Tapi satu yang ingin saya share adalah bahwa sudah lama sekali tidak berkesempatan untuk membaca quran di dalam forum resmi. Dan momen kemarin di Forum Rapat Koordinasi Kesmas Muhammadiyah online adalah salah satunya. Semoga menambahk khidmat, mohon maaf atas segala kekurangan.   


Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung