Disclaimer, ini bukan pengalaman pribadi karena keluarga saya tidak jadi saya ajak. Namun saya dapat banyak informasi dari pengalaman langsung dari teman yang membawa keluarga ke Amerika dan portal di kampus dan Fulbright. 

Berpisah denan keluarga dalam jangka waktu yang lama tentu bukan sesuatu yang ideal dan mudah untuk dilakukan. Termasuk bagi mereka para penuntut ilmu di negeri orang. Menghabiskan waktu dua hingga lima tahun jauh dari anak dan pasangan bisa membuat kita stres dan tidak sehat. Sehingga banyak mahasiswa yang mengusahakan untuk mengajak pasangan serta anaknya menemani pengembaran mencari ilmu di negeri orang.

Namun perlu dipikirkan bahwa membawa keluarga ke luar negeri ada kelebihan dan tantangannya sendiri. Kelebihdan dan tantangan ini akan sangat tergantung banyak keluarga yang akan 'diangkut' ke luar negeri, karena jumlah akan berpengaruh terhadap persiapan danbiaya serta segala detail syarat keimigrasian.

Kelebihan membawa keluarga adalah pengalaman bagi keluarga yang tidak akan tergantikan dan tiada ternilai. Pengalaman untuk hidup di luar negeri akan memberi perspektif yang berbeda. Siapapun yang pernah merantau ke negeri orang akan melihat dunia dengan konteks sosial, budaya serta kebiasaan yang berbeda. Hidup diluar negeri akan membuat kita menjadi lebih arif dalam menyikapi kemajemukan dalam hidup. Pandangan hidup kita akan lebih luas dan lebih bijaksana.

Kelebihan kedua adalah pengalaman untuk merasakan kondisi sosial serta sistem pendidikan, kesehatan, serta jaminan sosial yang berbeda dan mungkin lebih baik. Ikut ke luar negeri akan membuat keluarga menyerap dan mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Sederhananya banyak hal positif yang akan didapat, termasuk juga peningkatan kemampuan bahasa inggris/asing karena hidup di lingkungan native speaker.

Namun, pada kenyataannya mengajak keluarga juga tidak sederhana karean karena ada banyak persyaratan yang harus dipersiapkan. Secara garis besar kita harus bisa memenuhi syarat keimigrasian dari negara yang kita tuju. Untuk teman-teman yang mendapatkan beasiswa Fulbright bisa dicek di halaman Bringing Your Family. Disitu bisa dicek informasi yang cukup lengkap.

Secara garis besar untuk bisa membawa setidaknya ada 4 hal yang perlu disiapkan yaitu biaya aplikasi visa, biaya transportasi, asuransi, proof of funding serta biaya housing selama disana. Mari kita bahas secara lebih detail.

1. Aplikasi Visa

Saat mengajukan visa kita akan membayar SEVIS fee. SEVIS adalah singkatan dari Student and Exchange Visitor Information System. Biaya aplikasi visa hanya di bayar saat pertama kali oleh kita sebagai pemegang J1 atau F2. Jadi tidak murni terkait dengan biaya untuk dependent. Besaran biaya SEVIS yang terbaru adalah $350. SEVIS ini dibayar untuk proses wawancara visa.

Untuk pemegang J1 visa yang statusnya adalah exchange visitor atau researcher biasanya penerima beasiswa bersponsor. Biaya pembayaran SEVIS umumnya sudah ditanggung pihak sponsor. Mahasiswa Fulbright atau LPDP pake visa jenis ini. Sementara bagi mahasiswa F1, biasanya dapat sponsor dari kampus. Untuk mahasiswa yang terakhir, selain biaya SEVIS ada biaya lain yang harus dibayar dalam proses aplikasi visa.

2. Biaya Transportasi 

Biaya transportasi adalah salah satu biaya yang pasti harus dikeluarkan. Besarannya bisa berapa saja tergantung kota dan negara tujuan. Semakin jauh perjalanan maka akan semakin banyak transit  artinya akan semakin mahal biaya tiket pesawatnya. Sebagai contoh jika mau boyongan keluarga ke Amerika Serikat biayanya sekitar $700 - $1500 per kepala.

Biaya ini bisa berkurang dengan kondisi tertentu misalnya jika yang akan berangkat adalah bayi, tarifnya bisa lebih murah karena biasanya tidak dihitung full 100%. Apalagi kalo masih bisa digendong (lap) maka bisa gratis sama sekali. Diluar itu maka kita harus bayar per orang satu kursi.

Ini adalah biaya utama.  Harga tiket juga akan sangat tergantung maskapai, waktu keberangkatan (apakah weekend atau week days, dan apakah pada musim liburan atau bukan), serta lama waktu perjalanan. Biasanya penerbangan yang lay over atau transitnya agak lama harganya bisa lebih murah dengan konsekuensi waktu di perjalanan lebih panjang. Harga tiket juga bisa terkait dengan waktu pemesanan. Tiket yang dipesan pada last minute atau dekat-dekat waktu keberangkatan harganya lebih mahal daripada tiket yang dibeli jauh-jauh hari.

Namun di zaman sekarang, cari tiket murah tidak terlalu sulit karena sudah banyak situs yang membantu menyortir dan mencarikan tiket promo. Saya punya pengalaman membeli tiket murah promo di beberapa situs berikut ini Vayama.com, Fareboom.com, Studentuniverse.com, cheapfareguru.com dan priceline.com. Jika beruntung beda harganya bisa mencapai $150 per tiket. Kan lumayan penghematannya.

Meskipun perlu dicatat bahwa tiket promo ada kekurangannya. Yaitu waktunya fixed sehingga waktu perjalanan tidak bisa dimodifikasi. Jika kita minta perubahan maka agen akan membebani biaya yang cukup mahal karena tiket kita sebelumnya sudah hangus.

2. Asuransi

Di banyak negara asuransi adalah syarat tinggal. Seseorang harus punya asuransi untuk memastikan ia punya rencana jika sesuatu terjadi dengan kesehatan atau jiwanya. Ini yang terjadi di US. Jika seseorang tidak punya asuransi maka ia tidak mematuhi persyaratan imigrasi. Dalam praktek tentu ada banyak teman yang tidak memakai asuransi, tapi sangat berisiko jika sakit atau kecelakaan.

Persyaratan asuransi akan sangat tergantung kepada negara dan jenis visa yang diambil. Seperti di US, pelajar asing yang belajar disana akan memakai visa F1 atau visa J1. Maka dependennya bisa menggunakan F2 atau J2. Perbedaan visa berpengaruh terhadap persyaratan imigrasi dan legalitasnya nanti.

Spesifikasi asuransi ini akan terkait dengan persyaratan di Kampus. Biaya asuransi kembali lagi akan tergantung pada negara dan persyaratan asuransinya. Sebagai contoh di US untuk dependent dari mahasiswa harga asuransinya bisa berkisar $1000 - $2000 per orang per tahun.

Untuk yang dapat beasiswa fulbright, ada beberapa provider asuransi yang dianjurkan. Daftarnya bisa dicek di laman Bringing Your Family.

3. Proof of Funding

Proof of Funding adalah bukti ketersediaan dana untuk menunjukkan yang bersangkutan bisa hidup layak dalam rentang waktu tertentu. Semua negara tujuan tentu tidak ingin pengunjung hidupnya tidak terjamin selama disana. Sehingga hampir kemanapun kita pergi ke luar negeri akan diberikan syarat untuk bisa membuktikan bahwa kita punya dana yang cukup untuk hidup layak selama rentang waktu tertentu di negeri tersebut.

Penghitungannya bisa macam-macam. Sebagai contoh, Ohio University menetukan besaran Proof of Funding yang harus ditunjukkan per orang berkisar antara $3000 - $4000 per kepala per tahun. Sementara untuk beasiswa berbasis sponsor penghitungannya lebih banyak. Misal di Fulbright penghitungannya adalah 50% untuk dependent 1, kemudian 25% untuk dependent selanjutnya dikali jumlah stipend dan jumlah bulan visa. Misalnnya stipend per bulan adalah $1200 maka jika ingin membawa 1 dependent untuk tahun pertama maka proof of fundingnya adalah (12 x $1200 x 50%) = $7200. Untuk dependent ke-2 dan seterusnya adalah (12 x $1200 x 25%) = $3600.

Jadi kalo mau bawa istri dan 1 anak, maka proof of funding yang harus disiapkan adalah $7200 + $3600 = $ 10800. Jika anaknya dua maka tinggal ditambah jadi $14400 dan seterusnya.

4. Biaya Housing

Sebagai informasi biaya sewa kamar rata-rata di US untuk kota kecil macam Athens itu sekitar $600 per bulan. Ini dengan asumsi udah termasuk bayar listrik dan gas. Banyak harga sewa yang lebih dari itu, namun jika beruntung bisa juga dapat sewa kamar yang lebih murah. Tapi harus cari rumah yang disewakan atau dengan kondisi ruangan yang minimalis.

Ada aturan di Amerika bahwa anak itu harus diberikan kamar yang layak untuk tinggal. Artinya jika bawa pasangan dan anak maka seharusnya kita tinggal di apartement dengan minimal dua kamar. Maka budget sewanya akan melonjak menjadi sekitar $800 - $1200 per bulan. Ini tentunya sangat memberatkan bagi mahasiswa beasiswa yang tidak punya tabungan lebih atau orang tua yang tidak 'beruang'.

Dalam prakteknya tantangan ini bisa 'diakali' misalnya dengan gabung berkolaborasi dengan keluarga lain atau mahasiswa lain dalam satu apartemen. Tentu kondisinya tidak ideal karena untuk anak kecil, apalagi biasanya ada inspeksi rutin dari dinas sosial soal kelayakan tinggal ini.

Siap bawa keluarga?

Gmana sudah cukup gambaran? Tentu yang saya gambarkan diatas ini tidak bisa digeneralisir untuk di semua kota di luar negeri atau kota lain yang ada di US. Tapi untuk yang akan kuliah ke Athens, Ohio, kira-kira seperti itulah gambarannya. Membawa keluarga untuk ikut belajar ke luar negeri adalah pengalaman yang akan mengubah hidup. Meskipun untuk mewujudkannya, tidak selalu mudah dan memungkinkan untuk dilakukan.

Diluar itu, hidup sebagai mahasiswa beasiswa itu memang penuh dengan perjuangan dan keprihatinan. Namanya juga lagi mencari ilmu dan sedang berada dalam mode 'student life', hidup memang penuh dengan tantangan.

Demikian sharing dari saya. Jika ada informasi yang kurang pas, nanti saya update lebih lanjut. Dan bagi teman-teman yang memiliki pengalaman langsung dan punya informasi tambahan soal isu ini, saya dengan senang hati akan menambahkannya di postingan ini.

Semoga bermanfaat.

Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung