Hari itu Rabu, 8 Juli 2015 sebuah kabar buruk menghampiriku. Kakek dari pihak Bapak, yang akrab kami sebut Abah Dahlan, mirip namanya dengan pendiri Muhammadiyah, telah meninggal dunia pada pukul 20.45 WIB di Garut. Waktu itu saya sedang berada di Jakarta dan tidak sempat pulang ke Garut untuk mengikuti pemakaman beliau keesokan harinya, 9 Juli 2015. Di keluarga saya beliau termasuk salah satu anggota keluarga yang dikaruniai umur panjang. Beliau meninggal dalam usia sekira 90 tahun-an, karena tidak ada informasi yang tepat kapan beliau dilahirkan. Saat Abah meninggal, kami sudah sangat sulit menemukan teman sebayanya karena kebanyakan diantara mereka sudah 'mendahului'nya.

Foto di atas adalah postingan saya di facebook beberapa tahun yang lalu. Satu gambar adalah foto saat saya dan istri berkunjung ke rumah beliau di Dayeuhmanggung, pertama kali setelah kami menikah di akhir 2010. Sementara gambar kedua adalah foto saya dan Ali Kahfi Karami (anak pertama kami yang waktu itu berusia 6 bulan), pertama kali mengunjungi beliau pada akhir 2012. Kami memang tidak banyak memiliki dokumentasi foto dengan beliau. Sejak SMP saya sudah 'keluar' dari rumah sehingga perjumpaan kami memang tidak terlalu intens.

Abah Dahlan adalah seorang pekerja keras dan fisiknya kuat. Saat beliau sudah udzur pada usia 70 - 80 tahun beliau masih kuat berangkat ke ladang atau kebun. Abah Dahlan masih mampu membawa seikat, dua ikat, bahkan satu tanggungan kayu bakar kering dari kebun. Di rumahnya memang masih ada parako, sejenis tungku di dapur dengan bahan bakar kayu kering yang digunakan untuk memasak makanan atau siduru untuk melawan dinginnya suasana kaki Gunung Cikuray. Dengan usia yang sangat sepuh, namun panca indera beliau masih berfungsi dengan baik. Di saat terakhir masa hidupnya Abah Dahlan masi memiliki pendengaran yang bagus dan masih mampu menjalankan aktifitas seperti biasanya. Dalam beberapa tahun belakangan ini memang kondisinya sudah mulai drop karena ada masalah di kandung kemih. Sehingga kondisi ini yang membuat gerak dan mobilitasnya semakin sempit.

Abah Dahlan adalah seorang pribadi yang teduh dan tenang. Entah mungkin karena jarang bertemu atau memang seperti itu tapi selama saya berinteraksi dengan Abah Dahlan beliau jarang sekali becerita panjang lebar. Pernah suatu kali beliau cerita panjang lebar soal pengalamannya menjadi gerilyawan pada saat perang kemerdekaan. Keluar masuk gunung di usia muda, beliau bergabung dengan laskar-laskar pembela tanah air. Di luar itu tidak banyak cerita yang aku dapatkan mengenai apa yang dilakukannya ketika muda.

Yang pasti dalam keseharian Abah Dahlan adalah seorang yang bergaul di masyarakat. Beliau rajin mengikuti shalat berjamaah atau mengikuti pengajian di mesjid ranting Muhammadiyah di dekat rumahnya. Abah Dahlan termasuk jamaah yang aktif dan memiliki hubungan yang baik dengan tetangga dan orang-orang di sekitarnya. Sehingga saking dekat dengan tetangga, Abah pernah beberapa kali menolak untuk pindah dari rumahnya dan tinggal di rumah anak-anaknya karena ia terlanjur betah dengan lingkungan dimana ia tinggal saat itu. Katanya ia merasa sepi kalo harus pindah ke kampung lain, karena tidak banyak yang ia kenal. Padahal waktu itu kondisinya sudah lemah dan perlu di dampingi oleh orang lain karena di rumahnya sudah tidak ada siapa-siapa lagi.

Terakhir saat lebaran idul fitri saya pulang ke Garut, sekira 2 minggu setelah beliau meninggal, Bapak menunjukkan satu seragam KOKAM (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah) yang sudah dimiliki Abah Dahlan sejak tahun 50-an. Abah Dahlan ternyata seorang aktifis sejak lama sekali, sejak masih beliau. Mungkin dari Abah lah watak sosial diturunkan kepada anak-anak dan cucunya. Meskipun secara materi keluarga kami tidak memiliki apa-apa namun dalam kehidupan sosial hampir semuanya aktif di masyarakat.

Kini Abah Dahlan sudah berpulang. Beliau tidak pergi tapi pulang ke asalnya. Setelah beliau tiada, ingatan dan memori tentangnya baru kembali muncul. Ketiadaan seseorang memang membuat ia lebih dirindu.

Selamat jalan Abah, semoga kami anak dan cucu bisa mengikuti dan melanjutkan segala hal baik yang telah dilakukan/dicontohkan. Semoga engkau ditempatkan pada tempat yang mulia disisi Allah swt.

Alluhamgfirlahu Warhamhu Wa'afihi Wa'fu Anhu

Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung