SOLO-- Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya Denny Wahyudi Kurniawan terpilih menjadi Ketua Umum PP IPM (Pimpinan Pusat-Ikatan Pelajar Muhammadiyah) periode 2008-2010 dalam sidang formatur Muktamar IRM XVI ang berlangsung di Asrama Haji Donohudan, Ngemplak, Boyolali, Jateng, Selasa (28/10) petang. Pesaing berat Denny Wahyudi Kurniawan, Andi R Wijaya terpilih sebagai Sekretaris Jenderal periode dua tahun mendatang.

Antara Denny dan Andy merupakan dua figur yang saling berebut menempati posisi puncak kepemimpinan organisasi otonom Muhammadiyah ini. Terpilihnya kedua figur itu atas dasar kesepakatan bersama. Dalam sidang formatur yang beranggotakan sembilan orang tak mengarah voting. Mereka diminta bermusyawarah atas dasar aturan organisasi, berikut menakar, menimbang, kecakapan dan kemampuan masing-masing untuk membawa organisasi IPM masa depan yang penuh tantangan.
Sosok Denny bukan asing lagi bagi muktamirin. Dalam sidang pemilihan calon formatur, ia berhasil menempati urut dua. Mantan Sekjen PP IRM periode 2006-2008 berhasil mengumpulkan 303 suara. Sedangkan Andi R Wijaya berhasil mengumpulkan suara teratas. Mantan pengurus PP IRM periode 2006-2008 ini memperoleh dukungan 335 suara. Ketua Umum dan Sekjen PP IPM diberi amanat muktamar dalam tempo dekat untuk mengumpulkan sembilan anggota formatur untuk menyusun kabinet PP IPM periode 2008-2010. Muktamar ditutup PP Muhammadiyah Dr haedar Nasir, semalam.

Seperti diketahui, pemilihan calon formatur unsur gender mendapat apresiasi cukup serius diarena sidang pleno pemilihan formatur IRM (IKatan Remaja Islam). Dari 27 daftar calon formatur tujuh diantaranya wanita. Dan, tiga dari sembilan jumlah formatur terpilih kaum wanita. Mereka adalah, Dyah Puspitarini, Nurjanah Setiani Sandiyah dan Eka Damayanti. ''Perjuangan arus pengausutamaan gender yang saya sejak muktamar IRM di Medan beberapa tahun lalu, ternyata memperoleh respon positif dari kawan-kawan. Dan, ternyata dalam muktamar berlangsung di Solo ini masih mendapat respon besar lagi,'' kata Dyah Puspitarini Divisi Persidangan Muktamar IRM XVII yang terpilih diantara sembilan formatur kepada Republika.

Dari 27 daftar calon formatur, Andi R Wijaya (PP IRM 2006-2008) memperoleh suara tertinggi, 335 suara, disusul Deny Wahyudi Kurniawan (mantan Sekjen PP IRM) 303, Dyah Puspitarni (PP IRM) 282, Mahendra Setiaatmaja (PP IRM) 262, Nurjanah Setiani Sandiyah (PP IRM) 225, Virgo Suliyanto Gohendi (PP IRM) 222, Eka Damayanti (PW IRM Sulsel) 221, Arif Suendra (PW IRM Jabar) 191, dan Zulfikar Ahmad (PW IRM Sulses) 188.

Terpilihnya tiga perempuan diantara sembilan formatur sudah diprediksi sebelumnya dari kalangan muktamirin. ''Unsur gender diprediksi porsi cukup besar untuk terpilih jadi formatur. Dan, kaum perempuan yang masuk dalam daftar calon tersebut orang-orang yang terpercaya,'' tambah Wiryadinata, anggota Panitia Pemilih Formatur.

Seperti diketahui, sidang pleno pemilihan calon formatur berlangsung cukup alot. Pemilihan calon formatur berlangsung sejak Senin (27/10) malam lalu, dengan memilih 38 orang. Hari berikutnya, sidang pleno pemilihan diciutkan menjadi 27 orang. Sidang pleno pemilihan formatur hingga penghitungan suara menetapkan sembilan orang hingga petang. Formatur paling banyak memperoleh dukungan suara memimpin sidang untuk menentukan Ketua Umum dan Sekjen PP IRM 2008-2010. Muktamar IRM XVI berlangsung molor. Muktamar yang mestinya ditutup Selasa (28/ pukul 12.00 WIB molor hingga malam. Ini akibat alotnya pembahasan sidang komisi dan pleno pemilihan calon formatur.
Muktamar IRM XVI memutuskan sejumlah rekomendasi dan memutuskan kembali ke kithah 1961, perubahan nama IRM kembali menjadi IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah). Rekomendasi internal menjadi IPM sebagai gerakan kritis transpormatif kalangan pelajar dan membela hak-hak pelajar serta kalangan pelajar.
Disamping itu, juga dalam menghadapi euforia politik saat ini, IPM diserukan untuk menjaga jarak terhadap semua partai politik, atau organisasi yang berafiliasi pada partai politik. IPM juga mendesak PP Muhammadiyah dan jajaran Muhammadiyah semua level untuk bersikap tegas terhadap bentuk-bentuk wanana politik praktis menjelang Pemilu 2009. ''Muhammadiyah tidak tabu terhadap politik. Tapi tidak berpolitik praktis. Lebih mengedepankan berpolitik nilai. Kader Muhammadiyah dipersilahkan memasuki dunia politik praktis diharapkan mengembangkan politik nilai,'' Asratillah, Ketua Komisi A yang membidangi rekomendasi muktamar.
IPM juga menyeru kepada pemerintah, DPR, partai politik, senantiasa untuk meninggalkan kampanye yang tidak mendidik dan memberi pendidikan politik kepada generasi muda. Diharapkan dilakukan pendidikan politik bagi pemilih pemula. IPM mempunyai kader sebanyak 30 pelajar yang rata-rata menjadi pemilih pemula. Mereka wajib diberi pendidikan politik yang sehat bagi pembangunan masa depan bangsa. eds/pt    

Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung