Waktu hunting kampus saat sudah masuk fase  waktu dulu saya menganggap bahwa untuk bisa melanjutkan ke S3 seseorang harus membuat tesis di S2. Sehingga waktu itu saya lebih memilih Ohio University daripada Texas A&M saat harus memilih satu dari 8 kampus yang menerima saya di program master untuk kuliah memakai beasiswa Fulbright. 

Waktu itu saya berpikir, selain karena enam program itu biayanya lebih dari 35 ribu dolar, pagu dari beasiswa yang saya terima, yang artinya akan membuat saya nombok, saya juga memilih Ohio University karena selain capstone project dan comprehensive exam, kampus ini juga membuka peluang untuk membuat tesis sebagai tugas akhir.  

Namun anggapan saya ternyata tidak 100% tepat, karena saat saya memproses diri membuat tugas akhir, pembimbing sama sekali tidak merekomendasikan untuk membuat tesis. Karena selain investasi waktunya yang cukup banyak, program kami juga disusun sebagai professional development training yang bisa selesai dengan capstone project atau ujian komprehensif. 

Jadi tidak semua anak S2 di AS itu harus menyusun tesis untuk menutup programnya. Yang paling utama adalah bisa memenuhi mata kuliah dasar, mata kuliah wajib serta mata kuliah pilihan sesuai peminatan. Tugas akhir bisa disesuaikan apakah mau Capstone Project, atau Kompre, Tesis seringkali tidak dianjurkan. Program lain memang ada yang mengharuskan tesis, terutama teman-teman yang mengambil exacta atau laboratorium. Yang mengambil studi lingkungan juga harus membuat project tesis yang butuh waktu minimal 2 semester (satu semester pengembangan proposal dan pengumpulan data, satu semester untuk analisa), bahkan seringkali tiga semester (satu semester proposal, satu semester pengumpulan data dan analisa, satu semester untuk kesimpulan dan pengujian atau defense). 

Apakah saya menyesal? Tentu tidak!!! Namun tentu ada pelajaran yang bisa dipetik dari pengalaman saya ini adalah bahwa informasi soal ini pun harus dikonsultasikan agar informasi bisa lebih mantap. Di awal saat saya harus membuat keputusan pilihan jurusan itu memang hanya informasi itu yang saya punya, bahwa untuk bisa lanjut S3 lebih preferable untuk punya karya ilmiah dalam bentuk tesis. Namun setelah setahun lebih saya baru paham bahwa untuk membuktikan kita bisa berkarya ilmiah bisa ditunjukkan dengan paper tugas kampus atau bukti pernah menerbitkan  karya tulis di jurnal peer review. 

Dan jalan terakhir ini yang saya tempuh. Meskipun capstone project saya ternyata belum diterbitkan hingga sekarang, namun salah satu tugas id kelas riset saya, berhasil diterima di salah satu jurnal soal Kesehatan Ibu dan Anak. Dan ini sudah cukup membantu portofolio saya untuk menunjukkan bahwa saya terlibat dalam penulisan jurnal ilmiah. Semoga cukup untuk modal lanjut ke S3. Bismillah. 

Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung