Semua akan kena COVID-19 pada akhirnya. Itu  pameo yang sering disampaikan saat pandemi. Anggapan ini muncul karena pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung lama, dan karena luasnya penularan wabah ini. Sehingga ada anggapan bahwa setiap orang berisiko dan lambat laun akan tertular COVID-19.

Dan ini menjadi kenyataan di keluarga saya. Kemarin tanggal 7 Februari 2022, Setelah lebih dari 2 tahun pandemi ini berjalan dan kami sekeluarga selalu aman terhindar dari COVID-19, akhirnya kami terpapar juga. Pada hari itu, kami sekeluarga di tes swab antigen di klinik dekat rumah dan hasilnya positif COVID-19. Setelah dua tahun berusaha mengurangi mobilitas, banyak di rumah, hanya pergi sesekali jika ada keperluan, pada akhirnya tahun ini kami kena juga.

Terpapar COVID-19 seperti ini memang bukan kabar baik. Namun, kami perlu bersyukur karena kami terpapar COVID-19 saat pandemi sudah berjalan dua tahun dan kondisi sudah jauh lebih baik. Mengapa saya  berpikiran demikian? 

Karena kita, Indonesia dan dunia sudah mengalami fase-fase yang lebih berat dari pandemi COVID-19 ini. Saat pandemi baru datang, skalanya sama sekali tidak terbayangkan. Di awal wabah, semua fasilitas kesehatan kelabakan, masyarakat juga panik, pengetahuan soal apa itu COVID-19 cara penanganan dan prosedurnya semuanya belum ada dan baru dikembangkan.  Saat itu dunia sama sekali tidak siap menghadapi pandemi ini. 

Namun berbeda dengan saat ini, di tahun 2022 kita sudah mengalami gelombang ketiga. Dunia dan Indonesia sudah lebih berpengalaman dan lebih siap untuk menghadapi lonjakan kasus COVID-19. RS dan para nakes yang ada di dalamnya sudah memiliki SOP dan pengalaman bagaimana mengurus pasien COVID-19. Begitu juga dengan kapasitas RS dan tempat tidur di dalamnya sudah lebih siap. 

Hal lain juga karena varian Omicron yang meskipun penyebarannya sangat luas bisa sampai 3-5 kali lipat dari varian sebelumnya, namun fatality rate dan gejalanya tidak seberat varian sebelumnya. Ya semoga saja kami tidak mengalami gejala yang berat dan bisa bertahan mengalami hal ini. 

Nah kembali ke pengalaman pribadi dan keluarga saya, apa yang kami rasakan dari sejak terkonfirmasi positif hingga menjalani Isolasi mandiri dalam beberapa hari ini? Saya share di bawah ya:

Prosedur Penanganan pasien COVID-19

Konsep asal penanganan penyakit menular adalah mempersempit ruang penyebaran virus dengan 3 T (Tracing, Tracking dan Treatment). Tracing dan tracking artinya mencari dan menelusuri siapa saja yang sudah terpapar virus ini. Setelah ditemukan, lalu yang terinfeksi diisolasi, dirawat dan diobati hingga sembuh agar tidak menulari yang lain yang belum terpapar. Merawat dan mengobati inilah yang disebut dengan treatment. Sehingga dengan demikian, maka penyebaran bisa ditekan dan akhirnya pandemi bisa segera selesai. 

Nah yang kami alami, setelah hasil tes dinyatakan positif COVID-19, saya dan keluarga diminta untuk berkoordinasi ke Puskesmas. Saat ini positif cukup dibuktikan dengan tes antigen, tidak perlu didouble dengan tes PCR seperti prosedur di masa yang lalu. Kemudian melalui Satgas COVID-19 yang sudah dibentuk di lingkungan RT dan RW kami melaporkan kondisi kami dan karena memang gejalanya tidak terlalu parah kami boleh melakukan isolasi mandiri saja. 

Ini pelajaran juga bagi kita semua, bahwa saat peningkatan kasus tinggi seperti saat ini, jika tidak berisiko gejala berat lebih baik isolasi di rumah. Mengapa? Supaya mereka yang berisiko tinggi dengan gejala yang berat, bisa menggunakan layanan kesehatan yang kapasitasnya terbatas seperti saat ini.

Lalu, kemudian Puskesmas meminta info apa yang kami rasakan secara online atau melalui telemedisin. Setelah melakukan diagnosa, Puskesmas memberikan suplemen dan obat-obatan yang dikirim melalui Satgas COVID-19 di RT saya. Bisa di bilang saya kena di masa puncak Omicron, karena di hari kami dinyatakan positif, ternyata ada kurang lebih 7 keluarga lain di kompleks kami yang juga positif COVID-19.

Saya dan sekeluarga diminta untuk isolasi mandiri hingga 10 hari ditambah 3 hari dari sejak dinyatakan positif COVID-19. Artinya hingga kurang lebih tanggal 20 Februari 2022 saya harus tetap di rumah dan melakukan aktifitas di dalam rumah.

Apa yang kami rasakan?

Gejala saya dan keluarga tidak terlalu berat. Anak-anak yang paling kecil si kembar sama sekali tidak kelihatan terinfeksi, hanya sekali saja demam dan setelah itu sehat-sehat saja. Anak yang terbesar Ali Kahfi juga terlihat bugar, memang dia mengeluh pusing dan agak demam selama dua hari setelah itu biasa saja.

Saya dan istri yang terhitung bergejala. Saya merasa badan capek dan batuk serta sedikit pegal. Tapi masih bisa beraktifitas seperti biasa. Pegal dan capek dirasakan terutama di dua hari pertama kami menjalani isolasi mandiri. Setelah itu gejalanya adalah batuk dan pilek, tenggorokan terasa sedikit gatal. Untuk indra pengecap dan penciuman alhamdulillah tidak bermasalah. Namun di hari kedua dan ketiga memang terasa kalo makan agak kurang rasanya. Gejala lain yang dirasakan juga katanya susah tidur. Namun ini agak siwer karena biasanya juga suka susah tidur alias tukang begadang. 

Sementara istri saya memang demam dan lemas di awal-awal bergekala. Bahkan sempat beberapa waktu sulit untuk berdiri, juga persendian dan tubuhnya terasa ngilu. Itu terjadi kira-kira dua hari saja. Ditambah lagi meskipun tidak kehilangan penciuman atau indra pengecap, tapi makan rasanya tidak terlalu enak. Karena setiap apapun yang diminum masih terasa namun saat masuk ke tenggorokan rasanya kurang enak agak pahit sama dengan yang saya rasakan.

Gejala yang kami hadapi relatif ringan dan semoga tetap seperti itu. Memang banyak cerita bahwa mereka yang terpapar varian virus COVID-19 omicron ini memiliki gejala yang relatif lebih terkendali. Meskipun begitu bagi mereka yang berusia lebih dari 45 tahun, memiliki komorbid dan juga mengalami gejala yang berat sebaiknya berkoordinasi dengan rumah sakit atau diisolasi di tempat yang lebih siap untuk memberikan perawatan jika terjadi gejala yang memburuk. 

Terima kasih

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman dan saudara terutama para tetangga di komplek saya dan para pengurus RT sekaligus Satgas COVID-19 atas segala perhatian dan bantuan yang sudah diberikan. Sejak hari pertama isolasi hingga sekarang, alhamdulillah kami tidak kekurangan apapun bahkan berlimpah dan berlebih makanan, minuman, obat, multivitamin dan banyak macm lainnya. Semoga segala kebaikan bisa mendapatkan balasan yang lebih baik dan menjadi amal soleh bagi Bapak dan Ibu yang sudah membantu. Mari kita berharap dan berdoa supaya kita bisa kembali sehat dan beraktifitas seperti biasa. Amin

Jadi sementara dan memang seperti biasa di masa pandemi ini kami sekeluarga akan berada di rumah dulu menjalani isolasi mandiri ini. Terima kasih atas perhatian semuanya. 


Postingan lain soal COVID-19

Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung