selamat datang di bandara Charles de Gaule, Paris
Salah satu keuntungan mengikuti konferensi di luar negeri adalah kita berjalan-jalan ke negara lain. Kali ini meskipun tujuan utama saya adalah ke Spanyol tapi saya berkesempatan untuk berkunjung (baca : transit) ke negara lain di Eropa. Untuk menghemat waktu dan biaya saya tidak memperpanjang waktu kunjungan untuk bisa juga jalan ke negara lain, tapi mengatur tiket perjalanan agar waktu transit ke berangkatan dan kepulangan yang memungkinkan untuk berkunjung ke negara lain.

Dan beruntung saya bisa dapat transit di 4 negara. Untuk berangkat saya transit di Singapura dan Paris, sementara pulang transit melalui Roma dan Dubai. Meskipun cuma transit tapi di Paris dan Roma saya punya waktu cukup banyak (10 jam di Paris dan 8 jam di Roma). Cukup untuk jalan-jalan ke pusat kota dan mengunjungi dua atau tiga pusat tujuan wisata di kota tersebut. Hehehehe. Yah lumayan lah, banyak ornag yang bilang katanya belum ke eropa jika tidak berkunjung ke dua negara ini dan here I am, Paris, Barcelona, Roma I come.
Tragedi di Charles De Gaule
Perjalanan menuju barcelona melalui paris ternyata bukan perjalanan yang pendek. Butuh waktu sekitar 16 jam diatas udara untuk sampai dari Indonesia ke Eropa. Namun perjalanan jauh itu tidak terasa karena kejenuhan di perjalanan bisa dikurangi karena naik seperti penerbangan jarak jauh biasanya memakai pesawat besar dengan fasilitas yang cukup lengkap dari mulai makan hingga TV bagi setiap penumpang. Sepanjang perjalanan bisa nonton berbagai macam tayangan dari mulai film terbaru, serial tv hingga tayangan lainnya. Sepanjang itu aku nonton stand up comedy dari inggris yang cukup menarik. Anda boleh google Trevor Noah, orang ini ngocol abis tapi tetap cerdas. Kali ini perjalanan saya naik maskapai Air France dari jakarta ke barcelona.


Namun missi untuk ikut konferensi dengan bonus jalan-jalan mengeskplor tiga kota klasik Eropa ini tentunya butuh persiapan yang cukup banyak. Selain pengajuan visa seperti ditulis dalam tulisan sebelumnya namun juga penting untuk menyusun rencana perjalanan ke tiga negara tersebut. Karena waktu yang mepet di dua kota tentunya kita perlu mengatur rencana seketat mungkin, karena ini adalah kota yang baru pertama kali dikunjungi, dan aku pun hanya berangkat sendirian. Teman perjalanan yang paling setia hanya HP dan Laptop. Semoga dapat sinyal wi fi untuk update info.

Tentu yang paling utama adalah persiapan untuk konferensi itu sendiri. Abstract yang sudah dibuat untuk disajikan dalam poster session sudah sejak lama selesai. Desainnya juga sudah dimintakan tolong ke teman saya si Ojot untuk membuat desain yang unik dan menarik. Dan pada hari H seharusnya semua sudah siap untuk dibawa.

Namun ada kejadian unik yang sangat fatal terjadi di bandara Charles De Gaule (CDG), Paris. Karena saking semangatnya ketika pertama kali mendarat pagi hari di CDG airport maka hal pertama yang aku pastikan adalah berapa lama waktu yang bisa digunakan untuk jalan di kota dan kapan dan bagaimana nanti kembali ke bandara ini. Akhirnya satu hal yang pertama dilakukan adalah mengunjungi konter chek in mandiri untuk memastikan keberangkatan penerbangan selanjutnya.

Sudah jamak di luar negeri bahwa untuk memperlancar penumpang dalam check in kita bisa melakukan city check in dari internet atau melakukan check in di anjungan elektronik yang tersedia di berbagai loket keberangkatan. Penerbanganku ke Barcelona memakai pesawat Air France yang merupakan anggota jaringan penerbangan Sky Team. Saat aku check di anjungan mandiri ternyata semua penerbangan sudah di check in dari jakarta hingga ke barcelona. Sehingga untuk penerbanganku ke barcelona aku hanya perlu menunggu waktu boarding pesawat. Setelah memastikan itu terjadi maka aku langsung bergegas mencari transportasi dari terminal kedatangan ke pintu keluar yang memang terpisah beberapa blok.

Karena luas dan terdiri dari beberapa terminal, sistem di bandara CDG mengharuskan kita naik kereta dari tempat kita datang ke tempat pengambilan bagasi. Setiap 2 menit ada kereta inner bandara yang akan mengangkut penumpang dari dan ke antara tempat check in / keberangkatan dan tempat boarding pesawat. Sesaat setelah turun dari kereta inner circle ini perasaanku campur aduk. Karena poster presentasi yang aku tenteng dari jakarta via singapura dan sekarang sudah sampai di CDG Paris ternyata tidak ada.

Sempat lupa nyimpen dimana. Satu-satunya tempat yang aku singgahi sejauh ini hanya tempat check ini tadi. Rasa khawatir mulai menyerang pikiranku, apakah poster itu aman? Apa sudah ada orang yang ambil? Dan lain-lain. Karena kalo poster itu tidak itu maka konsekuensinya panjang. Pertama itu akan mengambil waktu jalan2 yang memang sudah sangat sempit, presentasi di konferensi juga terganggung karena itu akan membutuhkan waktu dan biaya tambahan untuk mengeprint ulang file poster yang bersangkutan? Dan kemungkinan-kemungkinan lainnya.

Akhirnya aku mencoba untuk bergegas kembali ke terminal kedatangan tempat aku turun dari penerbangan dari Singapura tadi. Di pintu masuk seorang lelaki tinggi besar Afro-Perancis dengan ramah berpakaian petugas bandara dengan memakai rompi khusus warna pink mengingatkan saya ke Didier Drogba.

Petugas bandara Kita sebut aja namanya Jean Claude itu juga dikelilingi oleh 3 orang kulit putih yang ternyata bernasib sama, ketinggalan sesuatu. Namun mereka lebih parah lagi ketinggalan passport dan buku di kabin pesawat. Si Jean Claude ini menanyakan detail apa yang terjadi dan meminta saya untuk menunggu. Karena peraturan disana penumpang yang sudah turun tidak diperkenankan untuk kembali masuk pesawat yang sudah landing. Artinya bagi mereka yang sudah disembark tidak boleh naik on board lagi sepenting apapun.

Jean Claude dengan walkie talkie-nya berbicara di ujung suara dengan teman wanitanya dengan loga perancis yang sangat kental. Lucu kadang melihat orang berbicara dengan orang yang memakai bahasa yang berbeda, bahasa perancis membuat orang kedengaran ngobrol sambil berkumur dengan sesekali menelan air kumuran itu. Banyak pengucapan vokal yang ditelan dengan pengucapan r. Suara sengau berhamburan terdengar nyaris di setiap kata yang diucapkan. 
suasana di dalam kereta inner bandara di CDG
Setelah sekitar 15 menit Jean Claude menahan kami di pintu perbatasan seorang wanita memakai blazer dengan balutan rompi warna oranye persis seperti seragam tim sepakbola pantai gading menghampiri kami ber lima. Kepada orang perancis yang ketinggalan passport ia memberi peringatan dengan agak keras bahwa ketinggalan passport sangat fatal karena itu akan menyulitkan si empunya.

Sementara kepada saya ia dengan dingin hanya bilang, “This is your poster, don’t leave it again okey!!!” dengan tanda seru tiga kali. Mungkin wanita itu, kita sebut aja Jean Cok, merasa kesal juga pagi-pagi sudah ada yang ngerjain harinya untuk mengambilkan poster konferensi orang indonesia. Ya disana jam 7 itu masih sangat pagi, suasan masih gelap gulita, mungkin sama dengan jam 4 di indonesia. Tapi Alhamdulillah batinku, pertama ke Charles De Gaule eh pengalaman pertama malah ketinggalan poster untung ketemu lagi.

Akhirnya seharian itu aku bisa dengan damai mengeksplorasi kota paris. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan aku selendangkan dan aku Sarungkan poster setinggi 95 cm itu ke dalam tas punggungku. Sekilas jauh sekali kayaknya aku terlihat seperti highlander membawa pedang menyusuri jalan-jalan kota paris. Muka lusuh ga sempet mandi, peluh keringat dan sesuatu mucunghul di belakang mungkin lebih tepatnya seperti kura-kura ninja kira-kira. :D

Dari tragedi ini hikmahnya kalo ingin jalan usahakan setertib mungkin dan sesedikit mungkin barang bawaan. Bawa dua barang itu membingungkan dan kadang membuat salah satunya ketinggalan, apalagi orang yang limpeuran seperti diriku. Jadikan satu aja pake tali untuk meminimalisir kemungkinan barang tertinggal entah somewhere.

Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung