Masih inget Tasya yang imut itu?
Yang beberapa tahun lalu sempet jadi ikon salah satu produk pasta gigi ternam di Indonesia. Tasya sang pelntun "Aku adalah gembala" atau "Libur telah tiba!". Yup iya betul, Tasya itu tidak salah lagi.

Siapakah dia? sudah barang tentu bagiku Tasya adalah representasi salah satu artis cilik papan atas yang pernah mengguncang jagad peradaban hiburan di Indonesia. Dengan lesung pipi khas dan pipi tembemnya itu, Tasya memang gemesin, pengen deh nyubit... hehe. Aku masih inget Tasya bernyanyi dengn riang dan gayanya yang khas. Hmm anak-anak memang gemesin! Memang beberapa tahun ini, penampilan Tasya mulai menghilang. Namun rasanya orang masih bisa mengingat artis cilik berpipi tembem itu. Ya, Tasya.



Tapi kebayang ga kalo Tasya berperan sebagai orang dewasa? Orang yang udah gede? Terus terang aku sendiri susah membayangkan Tasya yang imut itu sebagai orang dewasa. Gimana bisa? lha wong anaknya baru lahir tahun 1992, berarti sekarang baru 16 tahun. Gmna bisa anak sumur gt memerankan orang tua. Apalagi Tasya yang imut itu.

Tapi ini bukan sulap dan bukan sihir. Tadi pagi di sinetron (walaupun sekilas) aku liat Tasya memerankan seorang guru. Wadduh! siapa sutradaranya? siapa yang casting? siapa yang memilih Tasya memerankan seorang guru? Ketika melihat itu terus terang aku gagal memahami logika yang dipake sang sutradara ketik memutuskan hal itu. Jadinya terkesan ngasal dan alakadarnya. Aku ga tau ratingnya gmn sinetron itu. Namun bagiku itu sangat menggelikan! Gmana bisa gt loh? Sungguh Casting yang mengherankan!

Dan ini aku sering temuin bukan hanya kali ini saja. Sering sekali kita liat pemilihan pemeran dalam sinetron kita sangat asal dan kurang berkualitas. Apakah itu dari segi usia atau kualitas akting dari aktor/aktris tersebut. Aku jadi berpikir kalo saja masalah menentukan tokoh yang cocok memerankan pemerannya aja masih sulit, rasanya jauh deh mau mikirin jalan skenarionya speerti apa, apalagi pesan yang terkandung dan efek dari sinetron yang dibuat bagi para penontonnya. Jauh lagi jika sinetron itu dibuat sebagai lt persuasi atau kampanye isu sosial. pyuuuuuh... makin miris aja nonton sinetron.

Pengamatanku sekilas, tayangan TV kita (indonesia) masih sekedar di drive oleh motif ekonomi. Tayangan di TV masih sebagian terbesar ditujukan semata hiburan dan komoditas pencetak uang. Sinetron atau tontonan yang baik sekedar diusahakan supaya laku dipasaran, disaksikan banyak penonton dan menghasilkan sebanyak-banyaknya. Maka tidak heran jika akhirnya banyak sekali sinetron yang cukup bagus namun pada akhirnya jadi jelek karena jalan ceritanya sengaja dipanjangkan dan menjadi kepanjangan. Kalo bahasa orang dikampungku mah alur caritana jadi ngayayayay. hahaha....

Penggarapan yang kejar tayang untuk memenuhi target produksi menyebabkan para pembuat sietron di kita itu males mengtengahkan kualitas atau idealisme seni yang perfeksionis. Yang penting sesuai dengan kontrak, skenario jalan dan selsai. Dan bisa dipastikan hasilnya pasti banyak kritikan. Seperti kasus Tasya tadi misalnya. Hal inilah yang kemudian membuat sinetron kita itu sangat kering dan penuh dengan alur cerita yang begitu klise. Banyak sekali skenario yng dibangun sangat tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Contoh kongrit penggambaran sekolah yang sangat bebas. Kalo diperhatikan rasanya nyaris di semua sinetron, pelajar putri yang jadi peran utama memakai kostum sekolah dengan rok diatas lutut, sebuah hal yang (kalopun mungkin terjadi) kejadiannya sangat sulit untuk ditemukan.

Contoh lain adalah  penokohan yang begitu hitam putih. Jika sebuah karakter sudah dikisahkan sebagai seorang yang baik, maka baiknya itu minta ampun baiknya. Seakan-akan ia tidak memiliki keburukan, sifat jelek yang semuanya itu manusiawi. Sebaliknya kalo sebuah karakter sudah dikisahkan sebagai orang jelek, ih jeleknya minta ampun. Seakan-akan segala pikiran tokoh itu isinya busuk semua. Padahal dalam kehidupannya nyata, daerah abu-abu  lebih besar dibanding hitm ataupun putih. Sulit sekali kita temukan penokohan karakter yang kuat dalam sebuah tayangan sinetron kita.

Apakah karena skenarionya yang kurang bagus? Ah nggak juga! Aku pernah tanya sama senior yang punya akses ke dunia hiburan, sebetulnya skenario yang banyak dan berkualitas itu banyak dan melimpah. Namun ya itulah kadang kepentingan ekonomi lebih diutmakan daripada yang lainnya.

Tayangan komedi Situasi mungkin keadaannya lebih baik. Kita lihat beberapa komedi yang bisa mengemas humor yang membumi, lucu tapi tetap cerdas. Sebut saja beberapa Sitkom yang bagus seperti Bajaj Bajuri, OB atau Suami Takut Istri. Memang mungkin masih jauh bila dibanding Sitkom Hollywood atau lainnya, namun ada perkembangan yang bagus dan baik.

So, mengingat masyarakat kita ini sebagian besar lebih enjoy dengan bahasa visual dibanding tuliasan, maka pengaruh tayangan TV ini sangat berpengaruh dan soignifikasn bagi masayarkat. Dan bila keadaannya masih seperti ini, saat kualitas dan kuantitansnya minim dan kuran berkualitas hmmm tau lah betpa buruk efeknya.

Aku punya harapan suatu saat pekerja seni khususnya tayangan TV di Indonesia bisa bikin film seri yang bgus sekelas Commander in Chief, Left Wing, Heroes atau serial lainnya. Apalagi yang memotret kehidupan di lembag asocial kesehatan seperti yang tengah populer sekarang ini. untuk Sekedar menyebut Private Practice dan Tayangan lainya di TV kabel. Tayangan yang bisa menghibur tapi tidak anti keadaaan realitas di Lapangan. Biar saat menonton, selain menghibur tapi j uga mendidik dan menginspirasi kita tentang kehidupan. tidak sekedar nangis dan bermimpi hidup kaya tanpa bekerja sebagaiaman sering di 

Post a Comment

  1. dari sinetron sampe film-nya emang selalu ngayayay, gak ada yg bener A...
    mo dbilang g cinta produk negri, da gimana lagi negri kita ngasih santapan yg gak bergizi terus...

    ReplyDelete
  2. yuph.. setuju th..
    ceritanya g jelas.. terlalu di dramatisir tapi tanpa makna..
    dalih-dalih sutradara pun yang berkata jika sinetron2 tersebut memiliki suatu nilai-nilai sosial, pada kenyataannya tak bisa dipertanggungjawabkan..
    kecewa.. aku kecewa.. ^ ^;

    ReplyDelete

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung