Dua hari sudah 17 Agustus berlalu. Jalanan di Jakarta kembali sesak penuh dengan kendaraan lalu larang, baik pribadi ataupun kendaraan umum. Dua hari lalu, bangsa Indonesia tenggelam dalam euforia peringatan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-63. Berbagai macam cara orang merayakan pesta kemerdekaan Republik ini. Ada yang mengadakan berbagai lomba masayarakat tingkat kampung atau kecamatan. Lomba sederhana dari Lomba kelereng, balap karung hingga panjat pinang menjadi tradisi yang sangat akrab dalam setiap penyelenggaraan Agustusan di Indonesia. Yang lain membentangkan kain warna merah dan putih menutupi jalanan dan tempat-tempat strategis. Semua warga negera bergembira dan menikmati pesta rakyat tahunan ini.



Lain lagi dengan para pejabat dan instansi terkait, mereka melakukan upacara bendera di kantornya masing-masing. Presiden SBY dan elemen pemerintahan melakukan upacara bendera di depan Istana Merdeka. Bahkan pada 17 Agustus kali ini, Presiden mendapatkan hadiah pribadi berupa cucu pertama dari anak sulungnya dengan Annisa Pohan. Peristiwa yang banyak sekali diliput oleh media. Sisi positif selalu ingin ditonjolkan SBY dalam peringatan kemerdekaan ini. Setelah berpidato di hadapan DPR di saat upacara agustusan SBY malah membahas kebanggaannya atas keberhasilan Ganda Putra mendapatkan emsa pertama di Olimpiade Beijing. Dan semoga itu bukan emas yang terakhir.

Lain lagi jika kita lihat di tayangan dalam Televisi. Momen peringatan kemerdekaan Ri menjadi gong persaingan para politikus (baik partai ataupun caleg/capres) untuk menabuh genderang perang dalam kampanye perebutan konstituen menuju pemilu 2009. Iklan-iklan kampanye dari berbagai partai ataupun capres mulai muncul semakin intens dalam tayangan media televisi kita. Waktu makan siang di tanggal 17 itu, selama setengah jam 3 kali sudah aku melihat iklan Bapak Presiden bersama dengan partainya, Demokrat. Yang lain masaih ada Iklan capres dari RM09 (Rizal Mallarangeng) tidak ketinggalan ketum PAN Sutrisno Bachir dan juga Ketum DPP Golkar sekaligus Wapres Jusuf Kalla mulai rajin muncul di layar kaca untuk mulai memperkenalkan diri/partainya ke khalayak publik.

Iklan-iklan tersebut tentu sah dan wajar saja. Karena KPU sudah memberikan kesempatan kepada semua pihak dan parpol untuk bisa melakukan kampanye sejak 17 Juli 2008. Maka sekarang hingga mei 2009 nanti adalah masa kampanye yang legal untuk dipergunakan organisasi politik melakukan sosialisasi gagasan ataupun platform dirinya. Nampaknya para politisi sadar, bahw di tengah masayarakat dengan budaya nonton yang kuat seperti di Indonesia ini, Televisi adalah media sosialisasi yang palking efektif untuk menyapa konstituen. Pengaruh TV lebih besar dibanding dengan selebaran ataupun pertemuan akbar konstituen partai di tempat tertentu. Sehingga para politisi tidak ragu-ragu menggelontorkan uang berapapun jumlahnya untuk kampanye melalui media.

Fenomena ini tentunya sangat menguntungkan dunia bisnis, terutama bisnis televisi. Karena semakin banyak calon maka akan semakin banyak iklan yang akan dipasang. Hal ini serpua dengan fenomena berkembangnya bisnis percetakan dan konveksi di musim pilkada. Dengan banyaknya pilkada, maka omzet dan order yang diterima oleh pengusaha konveksi otomatis semakin besar. Ini tentunya menjadi sisi poisitif dan prestasi sistem demokrasi di indonesia saat ini, mendorong proses pemerataan ekonomi.

Namun apakah sebetulnya efek yang secara langsung dirasakan oleh rakyat dari proses ini? pendidikan politik? ya! Pertama, dengan masa kampanye yang panjang masyarakat akan mendapatkan kesempatan yang lebih banyak untuk mengenal partai dan caleg/capres dengan baik. Hl ini tentunya dihrapkan bisa meningkatakan kualitas pemilihan (pemilu atau pilkada). Dengan harapan, akan terpilih legislator atau pimpinan yang lebih baik. Karena dengan masa kampanye yang panjang, rakyat akan lebih laluasa mempelajari apa yang ditawarkan oleh kandidat. Peristiwa beli kucing dalam karung atau salah pilih pemimpin tentunya akan bisa sedikit dikurangi. Kedua, ada pemerataan ekonomi, meskipun mungkin dengan tanpa sengaja. Penumpukan modal pada sebagian kecil penduduk akan sedikit teratasi. Karena sumber-sumber daya ekonomi itu akan sedikitnya tersebar kepada masyarakat melalui proses kampanye.

Post a Comment

Thanks to visit my blog
Terima kasih sudah berkunjung